“Banyak juga laporan lainnya, baik anak-anak atau orang dewasa yang jatuh sakit atau bahkan meninggal setelah mengonsumsi daging anjing”
Kasus mengonsumsi daging anjing di Indonesia terus menuai pro dan kontra. Hal ini karena mengonsumsi daging anjing dapat menimbulkan masalah kesehatan. Sayangnya, masih banyak masyarakat Indonesia yang sering mengonsumsi hewan berkaki empat ini. Sementara itu telah dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan yang menyebutkan bahwa anjing tidak termasuk hewan yang bisa dikonsumsi karena bukan merupakan sumber hayati produk peternakan, pertanian, atau sejenisnya.
Koalisi Dog Meat Free Indonesia (DMFI) telah melakukan investigasi nasional atas perdagangan daging anjing dan ditemukan bahwa sebagian besar pasar di Jakarta dan sekitarnya masih menjual daging jenis mamalia ini. Berdasarkan data dari DMFI, sebanyak 13.700 ekor anjing dibantai untuk dijadikan santapan. Padahal ada banyak sekali dampak yang ditimbulkan dari mengonsumsi daging anjing.
Untuk itu, Head of Jakarta Animal Aid Network (JAAN) Domestic, Drh Merry Wain menjelaskan mengenai bahaya yang ditimbulkan dari mengonsumsi daging anjing.
“Dari dampak perdagangannya saja, sangat membahayakan. Kenapa bahaya, karena ada faktor resikonya yaitu distribusi atau transportasi dari tempat penyuplai. Contohnya seperti dari daerah Jawa Barat yang saat ini sedang endemik rabies, apabila di distribusikan ke wilayah Jakarta yang sudah dinyatakan bebas rabies, maka akan kembali membawa dampak bagi masyarakat,” ungkap Merry, saat dihubungi oleh reporter Jagadtani.Id melalui sambungan telepon.
Baca juga: Perdagangan Daging Anjing Harus Dihentikan
Pertama, melalui konsumsi daging anjing mampu memudahkan penyebaran virus rabies. Diperkirakan di Jakarta sekitar 340 anjing dipotong per hari, atau sekitar rata – rata 9,520 ekor anjing per bulan. Sebanyak 97% dari anjing-anjing ini dibawa dari Provinsi Jawa Barat di mana masih dalam status endemik rabies. Dengan demikian, usaha pengendalian dan penghapusan rabies akan sia-sia tanpa membahas perdagangan daging anjing.
Selain itu, didalam daging anjing terkandung natrium yang sangat tinggi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan konsumsi natrium sebaiknya tak lebih dari 2 miligram per hari. Sedangkan dalam 100 gram daging anjing, terdapat 1,06 miligram natrium.
“Daging anjing memiliki kandungan natrium yang sangat tinggi, tidak bisa ditoleransi oleh sistem metabolisme tubuh manusia melebihi rekomendasi konsumsi natrium dari standar asupan makan untuk manusia. Dan itu sudah ada standar dari WHO. Dan daging anjing sendiri, dari oie dan juga undang-undang no 18 mengenai pangan, sudah tidak perlu analisa lebih jauh lagi mengenai kelayakan daging anjing untuk konsumsi,” jelas Merry.
Baca juga: Kulon Progo Stop Perdagangan Anjing
Lebih lanjut, perempuan asal Nusa Tenggara Timur ini menambahkan, “Untuk dampak lainnya, bisa sangat berbahaya untuk penjagal dan konsumen. Dampak untuk penjagal, bila anjing yang dijagal itu rabies, jika dia ada luka, maka dia bisa terkontaminasi virus rabies. Dan ada beberapa penelitian serta laporan kasus dari beberapa negara yang membuktikan, penjagalnya positif rabies akibat menjagal daging anjing, hal itu karena anjing tersebut membawa virus rabies,” tambahnya.
Rabies atau biasa disebut sebagai penyakit anjing gila, merupakan penyakit menular akut yang menyerang susunan saraf pusat pada manusia dan hewan berdarah panas yang disebabkan oleh virus rabies. Merry mengatakan, untuk itu rentan sekali tertular penyakit rabies bila mengonsumsi daging anjing terutama organ-organ tertentu.
“Ketiga, untuk konsumen, saat manusia makan atau konsumsi daging anjing, ada bagian-bagian tertentu dimana organ-organ yang bereplika atau tempat bereproduksi virus rabies, misalnya daerah kepala atau otak. Dan kita tahu pusat dari produksi virus rabies ini adanya di hippocampus di otak dan juga di kelenjar saliva, misalnya di saliva atau disitu untuk itu otomatis terkontaminasi dan infeksi,” tegasnya.
Anjing liar yang ditangkap dan diolah menjadi santapan, biasanya terdapat banyak sekali kuman, bakteri dan virus didalam tubuhnya. Mereka seringkali disuntik antibiotik dengan dosis yang cukup tinggi. Tingginya kandungan antibiotik pada daging anjing inilah yang berbahaya apabila masuk kedalam tubuh manusia.
“Tidak hanya itu, banyak juga laporan lainnya, baik anak-anak atau orang dewasa yang jatuh sakit atau bahkan meninggal setelah mengonsumsi daging anjing,” tutupnya.
Baca juga: Tidak Ada Toleransi Perdagangan Anjing