Tradisi Pohon Cemara Meriahkan Perayaan Natal
Tradisi cenderung ikut melekat dalam setiap hari raya keagamaan, tak terkecuali Natal. Bukan hanya dari lagu-lagu Natal yang diputar di berbagai tempat, namun juga dari beberapa ornamen yang sangat khas Natal. Mulai dari pohon Natal, Santa Klaus sampai dengan kereta rusa.
Suasana Natal setiap bulan Desember kerap kali disambut gemerlap dan gegap gempita oleh umat Kristen sedunia. Pohon Natal menghiasi ruangan, lampu kerlap-kerlip dipasang, musik dialunkan, makanan-makanan beraroma lezat disajikan, kado-kado dibagikan.
Hingar bingar perayaan Natal seperti ini terus berlanjut dari tahun ke tahun dan menjadi tradisi bagi umat Kristen. Sahabat Tani mungkin sudah tidak asing melihat pohon cemara dijadikan sebagai salah satu ornamen kemeriahan Natal. Begitupun juga dengan kisah Santa Klaus lengkap dengan kereta rusanya. Lantas, apa makna tradisi pohon cemara dibalik perayaan Natal?
Baca juga: Tips Memilih Pohon Natal yang Bagus
Pohon Natal yang berasal dari pohon cemara pada awalnya tidak berhubungan dengan Natal. Menurut Pastor Wens Batbual, MSC, Paroki Sta. Maria Bintang Kejora Luwuk, sejarahnya dimulai ketika St. Bonifasius, seorang rohaniawan Inggris pada suatu malam Natal sedang menyusuri sebuah hutan di Jerman bersama rombongan pengikutnya.
Di sana mereka bertemu dengan kelompok orang yang mempersembahkan seorang anak kepada Dewa di sebuah pohon oak. Orang-orang tersebut meyakini bahwa pohon itu merupakan tempat bersemayam dewa thor, dewa petir dan perang. St. Bonifasius tidak ingin tinggal diam, ia pun melawan kebiasaan ini dengan menebang pohon oak tersebut.
“St. Bonifasius ini mengatakan bahwa pohon cemara ini adalah kayu kedamaian. Karena rumahmu dibangun dari pohon cemara. Itu adalah tanda kehidupan yang tak ada habisnya karena daunnya selalu berwarna hijau. Lalu, bagian pohonnya menunjuk ke atas ke surga,” ceritanya.
Kata Wens, tentu ada beberapa hal yang ditekankan St. Bonifasius dari kisah tersebut. Pertama, mengenai daunnya yang selalu berwarna hijau sepanjang tahun. “Ini adalah simbol kedamaian dan kekekalan,” imbuhnya.
Kedua, bentuk pohon cemara yang runcing keatas dimaknai sebagai simbol perjalanan ke surga. “Lalu yang ketiga, pohon ini berbentuk segitiga. Menjulang tinggi keatas dan hijau sepanjang tahun. Hal ini mengingatkan kita akan misteri Allah Tritunggal, yaitu Allah turun ke dunia kedalam diri Yesus di hari Natal untuk menyelamatkan semua orang,” ungkapnya.
Menurut cerita, sejak peristiwa St. Bonifasius menunjuk pohon cemara, para jemaatnya mulai membawa pohon cemara ke rumah mereka masing-masing. Mereka pun menghias pohon-pohon tersebut dengan aksesoris seadanya. Nantinya, dalam perkembangan sejarah barulah mulai banyak orang yang menambahkan aksesoris natal yang lain.
“Dalam arti tertentu, sejarah pohon natal ini tidak berkaitan dengan kelahiran Yesus, atau zaman dan asal tempat Yesus, tetapi pohon natal ini tidak bertentangan dengan pengajaran kitab suci yang bahkan memiliki symbol trinitas di dalamnya,” tutupnya.
Baca juga: Kemilau Pohon Natal yang Kekal