Strategi Pertanian Kalsel Demi Perubahan Iklim
"Setiap daerah wajib memproyeksikan kebutuhan pangan dalam jangka menengah hingga panjang demi mengantisipasi tantangan perubahan iklim, yang mengancam produksi pangan ke depan," kata Mentan SYL.
Pemerintah provinsi Kalimantan Selatan menjawab upaya dari Kementerian Pertanian (Kementan) dalam menjamin ketersedian pangan, khususnya Padi. Upaya Kementan ini untuk menyikapi dampak pandemi hingga perubahan iklim yang akan terjadi pada tahun 2022.
Pemerintah provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) telah menyiapkan langkah strategis guna meningkatkan produksi padi 2022. Sesuai dilansir dari laman pertanian, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Selatan, Syamsir Rahman mengatakan fenomena La Nina sampai Februari 2022 tentu dapat memberikan dampak pada produksi padi Kalsel karena diperkirakan akan terjadi genangan yang cukup tinggi di lahan. Dengan lahan yang terendam pastinya akan mengurangi jumlah luas tanam, terutama di lahan rawa pasang surut. Oleh karena itu, program yang dijalankan melalui peningkatan luas tanam dilaksanakan dengan peningkatan produktivitas dan peningkatan Luas Panen.
Baca juga: Mentan Dorong percepatan tanam di Klaten
"Upaya lainnya yang juga penting adalah percepatan tanam, peningkatan mutu produksi dan penguatan kelembagaan tani," demikian dikatakan Syamsir dalam bimbingan teknis dan sosialisasi Propaktani secara daring Ditjen Tanaman Pangan Episode 280 dengan tema Upaya Percepatan Tanam & Peningkatan Produktivitas Tanaman Pangan di Kalsel, Kamis (13/1/2022).
Sementara Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mengatakan pertanian Kalsel dengan jajaran dinas kabupaten/kota akan melakukan langkah-langkah yang luar biasa sehingga kalau istilah Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) “Menembus Langit” harus mendongkrak produksi dan kesejahteraan petani. Kalsel merupakan provinsi terbesar pertaniannya se Kalimantan, sehingga menjadi daerah sentra dan andalan, tapi ini harus dipacu lagi dengan ide-ide kreatif.
"Tantangannya adalah daerah-daerah rawa harus dioptimalkan hasil dan indeks pertanaman, kemudian daerah sawah bagaimana intensitas dan produktivitas naik. Tantangan yang dihadapi pada masa pandemi adalah gangguan distribusi baik input output sehingga pupuk menjadi mahal di tingkat petani, tapi harga di dunia masih lebih mahal lagi," ujarnya.
Menurut Suwandi, upaya nyata yang bisa dilakukan dalam menyikapi permasalahan pupuk tersebut adalah menggunakan pupuk tepat sasaran, berimbang, dengan adanya situasi ini menyadarkan untuk menggunakan pupuk organik. Selanjutnya berpacu terkait dengan alih fungsi lahan, ini perlu disolusi karena setiap tahun menggerus potensi produksi.
Baca juga: Langkah Kementan hadapi La Nina
"Solusinya ada dua PATB (perluasan areal tanam baru) atau IP (indeks pertanaman) pangan pokok dan pangan lokal kita dorong. Yang terakhir iklim ekstrim dan kemarin sudah dibahas, kita harus selalu waspada dan siap siaga. PATB dan IP 400 ditingkat Nasioanal sedang dikembangkan terus, demikian salam sehat untuk kita semua," tutup Suwandi.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama Kepala Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Ballitra) Kalimantan Selatan Agus Hasbianto menjelaskan pentingnya lahan rawa kedepan. Arah dan strategi Badan Litbang Pertanian pada lahan rawa, ada beberapa poin diantaranya memprioritaskan penyediaan inovasi. Kemudian, teknologi inovatif untuk optimalisasi pemanfaatan lahan rawa (peningkatan produksi, nilai tambah, kelestarian sumberdaya dan lingkungan).