Bukan Gelombang Panas, Petani Wajib Waspadai
Kabar yang disiarkan melalui pesan singkat tentang Indonesia sedang menghadapi gelombang panas, ternyata hanya isapan jempol atau hoax belaka. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang mengatakan panas yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia karena sedang memasuki puncak musim kemarau.
Tentu saja puncak musim kemarau harus menjadi perhatian dan diwaspadai oleh Sahabat Tani, tingginya suhu sangat berpengaruh pada berbagai hal. Tidak hanya tanaman yang mudah mati karena kekurangan pasokan air, tetapi hewan ternak juga mudah stress. Air di kolam juga menguap sehingga petani harus menjaga ketinggannya, namun tetap memperhatikan pH agar tidak menimbulkan masalah baru.
Baca juga: Ujang dan Ribuan Wisudawan Petani Milenial
Sahabat Tani harus mengingat bahwa tumbuhan atau ternak tidak dapat bertahan lama karena perubahan suhu yang drastis. Tentunya petani harus mewaspadai perubahan musim agar tidak merugi.
Beberapa wilayah di Indonesia yang merasakan dampaknya berada di Jawa-Bali-Nusa Tenggara dan yang masuk wilayah selatan ekuator. Memang saat ini masih masa peralihan (April-Mei) dari musim hujan ke kemarau (Pancaroba). Hal ini terlhat dari pantauan BMKG, kemungkinan hujan lebat masih akan terjadi.
Saat ini di beberapa wilayah Indonesia, suhu udara berkisar pada 1 – 7 Mei 2022 mencapai 34 – 36 derajat celcius. Walau suhu tersebut masih lebih rendah dibanding tahun 2018 yang dirasakan para petani di daerah Palembang dengan suhu mencapai 38.8 derajat celcius. Atau pada 2019 di Temindung dengan suhu yang serupa.
Sebenarnya, perkiraan akan terjadinya peningkatan suhu panas telah diketahui oleh berbagai pihak. Termasuk Kementan yang melakukan berbagai langkah demi mengantisipasi perubahan iklim atau Climatechange. Langkah yang telah dilakukan Kementan dengan mengadakan pelatihan dan penyuluhan untuk sejuta petani.
Tujuan Kementerian Pertanian (Kementan) keinginan untuk meningkatkan kompetensi SDM pertanian untuk adaptasi dan mitigasi pertanian terhadap perubahan iklim (climate change). Hal ini seperti yang diungkapkan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL). "Langkah ini agar siap dalam menghadapi suatu tantangan climate change dan tentu dampak dari pandemi Covid-19.”
Baca juga: Hadapi Climate Change Kementan Latih Sejuta Petani
Tentunya hadirnya musim kemarau menjadi tantangan bagi Sahabat Tani untuk dapat menjaga hasil panen. Diperkirakan titik suhu terpanas di Indonesia akan terjadi hingga pertengahan Mei 2022. Paling tidak, Sahabat Tani dapat mendapatkan hasil panen tidak terlalu mengecewakan dengan langkah yang tepat.