• 27 April 2024

Raja Hutan Masuki Perkebunan, BKSDA Sumut Mitigasi

uploads/news/2022/08/raja-hutan-masuki-perkebunan--8221052f82aa04d.jpeg

Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) sebagai pemangsa tertinggi telah tergolong hewan langka dilindungi. Namun sesuai habitatnya yang semakin sempit, tidak jarang menampakkan diri sehingga kerap meresahkan masyarakat. Infromasi terbaru hadir dari warga yang ditinggal di areal perkebunan di Kabupaten Langkat.

 

Sejumlah laporan masuk ke Balai Besar KSDA Sumatera Utara berkaitan dengan perjumpaan ‘Inyiak Balang’ ini. Laporan pertama dari pihak manajemen perkebunan PT Prima kepada Balai Besar KSDA Sumatera Utara melalui Seksi Konservasi Wilayah II Stabat tentang munculnya harimau di areal perkebunan, tepatnya di Desa Sei Serdang, Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat pada Jumat, 29 Juli 2022.

 Baca juga: BKSDA Sumut Gelar Acara Harimau Se-dunia 

Laporan ini kemudian direspon dengan menurunkan Tim. Di lokasi konflik Tim menemukan sisa bangkai anak lembu yang telah dimangsa  dan temuan jejak di sekitar lokasi. Beberapa saksi juga  menyampaikan adanya perjumpaan dengan harimau di sekitar lokasi.

 

Selanjutnya Tim langsung melakukan patroli dan tidak menemukan keberadaan satwa liar tersebut. Untuk penanganan awal, Tim memberikan beberapa petasan yang dapat digunakan masyarakat guna menghalau/mengusir jika nantinya menemukan kembali keberadaan harimau tersebut. Tim juga mengingatkan agar melakukan aktifitas secara berkelompok. Di areal kerja PT Prima ini sebelumnya juga sudah pernah dipasang kandang jebak selama hampir 2 bulan, namun karena harimau tidak masuk ke dalam kandang, maka kandang jebak kemudian dibongkar.

 

Selanjutnya, pada Minggu 2 Agustus 2022, kembali diterima laporan dari karyawan perkebunan PT. Raya Padang Langkat (RAPALA) tentang perjumpaan harimau di areal perkebunan tersebut di Desa Bukit Mas, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat. Menindaklanjuti laporan Tim dari Seksi Konservasi Wilayah II Stabat langsung merespon dengan mendatangi lokasi konflik. Informasi yang diterima dari manajer PT. RAPALA bahwa karyawannya bagian penderesan karet, Ayub, melihat langsung keberadaan satwa tersebut saat menderes dengan jarak sekitar 1 meter. Karena terkejut dan ketakutan, Ayub kemudian lari dan jatuh dari tebing dengan ketinggian sekitar 4 meter. Akibatnya kaki  Ayub terkilir, sampai saat ini masih dalam perawatan di rumah sakit Pertamina Pangkalan Brandan. Lokasi perjumpaan dengan harimau berjarak 700 meter dari kawasan Taman Nasional (TN) Gunung Leuser.

 

Tim didampingi security PT. RAPALA melakukan patroli untuk mencari keberadaan si raja hutan, dan ditemukan adanya jejak baru. Hasil identifikasi sementara, harimau berjumlah satu individu. Tim mengikuti arah jejak baru untuk menentukan lokasi pengusiran. Tim juga menyalakan petasan dan jeduman sebagai upaya pengusiran.

 Baca juga: Kabar Duka Harimau Kartini Ditemukan Tewas

Selain itu, petugas Seksi Konservasi Wilayah II Stabat juga memberikan penyuluhan tentang penanganan konflik satwa dengan satwa liar. Selama ini PT. RAPALA mengalami 3 jenis konflik, yaitu dengan harimau, gajah dan orang utan. Untuk menangani konflik, PT RAPALA hanya menggunakan obor kecil. Oleh karena itu Tim pun kemudian mengajari teknik pembuatan jeduman dengan menggunakan pipa paralon dan spritus. Kepada warga tetap diingatkan untuk selalu waspada.

 

Munculnya Harimau Sumatera yang intensitasnya belakangan ini cukup tinggi, memang meresahkan warga. Warga sangat berharap agar penanganan konflik dengan si raja hutan ini dapat segera diselesaikan, salah satunya dengan merelokasi satwa liar tersebut ke habitatnya.

 

Related News