• 19 April 2024

Petani Penjaga Leuweung Larangan

uploads/news/2020/01/petani-penjaga-leuweung-larangan-405996f74f75541.jpg

BOGOR - Semangat konservasi alam di Leuweung Larangan terus ditunjukkan para petani di Desa Pancawati, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Dalam upaya konservasi alam itu, mereka melakukan penanaman beberapa tanaman dari jenis Multi Purposes Trees Species (MPTS) dan endemik. Udin Misbahudin, salah satu anggota Kelompok Tani Sinapel mengatakan, ada dua kelompok tani yang menerapkan konservasi alam di lereng-lereng Leuweung Larangan, yakni Kelompok Tani At-Taubah Buni Kasih dan Kelompok Tani Sinapel.

"Secara keseluruhan luas lahan kawasan ini kurang lebih 62 hektare. Ada dua jenis tanaman yang ditanam di sini, tanaman berbasis MPTS dan endemik," kata Udin waktu ditemui belum lama ini.

Untuk tanaman dari jenis MPTS sendiri ditanam beberapa pohon, seperti pala, cengkeh, alpukat, nangka, jambu kristal dan tanaman lain yang dapat dimanfaatkan buahnya. Sedangkan tanaman dari jenis endemik, ada pohon sengon, mindi, afrika, damar, ketapang kencana dan manglid serta tanaman endemik lainnya. Lelaki berusia 50 tahun ini mengungkapkan, penerapan konservasi alam telah memberikan kontribusi juga bagi para petani lantaran dari beberapa jenis pohon memiliki nilai ekonomi. Sehingga, buah dari penanaman itu di samping bisa untuk dinikmati sendiri, juga sebagai besar untuk memenuhi kebutuhan pasar.

"Kita menerapkan konservasi alam ini tapi ada nilai ekonomi-nya. Kalau orang Sunda bilang leuweung hejo, masyarakat ngejo (hutan hijau, masyarakat makan). Satu (buah) bisa untuk kebutuhan sendiri dan lebih besar untuk ke pasar," kata dia.

Udin mengaku, upaya konservasi alam di Leuweung Larangan dianggap sangat penting. Sejak ia tergabung dalam Kelompok Tani Sinapel tiga tahun lalu atau tepatnya pada 2016, banyak perubahan baik dari sisi pola pikir petani, juga sumber daya alam yang menjadi kebutuhan sehari-hari, yakni air. 

"Biasanya kondisi sumur sebelum konservasi alam ketika musim kemarau satu bulan saja itu air di dalam sudah hilang, tapi penerapan konservasi alam air masih bisa bertahan hingga dua bulan lebih," tutur Udin.

Selain penanaman pohon di kawasan tersebut para petani juga membuat lubang biopori, rorak, terasering, pemanenan air hujan dan serasah. Sejauh ini, kata Udin, pihaknya dalam upaya konservasi alam mendapat dukungan dari pihak Yayasan Gamelina dan Danone-AQUA sebagai mitra petani.

"Jadi mereka me-support atau membina masyarakat baik segi pengetahuan maupun tindaklanjutnya. Saya berharap konservasi alam tidak boleh mati harus hidup selamanya, dan saya harapkan juga banyak pihak lain yang mendukung ke arah konservasi alam ini," tandasnya.

Related News