Asal Usul Kambing Etawa
“Kambing etawa ada dua jenisnya, etawa kaligesing dan etawa senduro.”
TANGERANG SELATAN - Sahabat Tani adakah yang tahu kambing etawa? Ya, nama kambing etawa ini memang sedang naik daun. Kambing peranakan etawa (PE) terkenal karena susunya yang memiliki tekstur dengan butiran lemak yang lembut, halus, dan lebih kecil ketimbang lemak pada susu sapi. Kambing etawa sendiri merupakan hasil peranakan jambing jamnapari dari India dengan kambing lokal Indonesia. Sekitar 1930-an, pemerintah kolonial Belanda membawa kambing jamnapari ke Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Kambing jamnapari ini kemudian disilangkan dengan kambing lokal (kambing jawa randu atau kacang).
“Kambing etawa ini ada dua jenisnya, etawa kaligesing dan etawa senduro. Mayoritas bulunya putih polos dan enggak bertanduk. Kalau yang bertanduk, berarti dia sudah silangan sama kambing lain,” kata pengurus kambing etawa, Lutfi selaku pengurus kambing di Wahyu Farm, Kelurahan Bambu Apus Timur, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, saat ditemui JagadTani.id belum lama ini.
Baca juga: Cara Alami Atasi Penyakit Kambing
Katanya, hasil keturunan dari silangan ini dikenal sebagai kambing etawa ras kaligesing. Kambing etawa juga memiliki ciri khas pada tekstur kepala yang menonjol (roman nosed) dan bentuk kuping yang panjang terlipat. Menurut Lutfi, pada awalnya kambing ini dikembangkan untuk breeding dan produksi susu.
“Etawa itu sebenarnya dari India, kalau yang etawa aslinya. Hanya dikembangbiakan di sini lalu dikawinkan sama kambing lokal, jadilah namanya peranakan etawa,” kata pria 24 tahun ini.
Dengan semakin populernya kambing etawa, kambing ini pun dikembangkan untuk kontes. Kambing ini juga memiliki harga pasaran yang relatif mahal (premium) dibandingkan kambing lainnya. Adanya aspek seni seperti panjang dan lipatan telinga, gelambir, bentuk muka, corak warna, membuat harganya menjadi mahal. Di kalangan penghobi kontes kambing, kambing etawa pun beralih fungsi menjadi kambing koleksi, bukan untuk pedaging atau perah.
“Kalau etawa asli harganya Rp5juta, apalagi kalau ikut kontes bisa sampai Rp70 juta,” tutup Lutfi.
Baca juga: Boer, Kambing Kekar asal Afrika