Maggot Kota Bogor Tembus Inggris
“Kota Bogor hari ini mencetak sebuah arah seperti itu. Biasanya kita bisa tembus Inggris setelah melalui Italia atau Jerman, Roma, kalian sudah tembus langsung berarti itu pintu yang bagus untuk pertanian Indonesia ke depan.”
BOGOR - Budidaya Black Soldiers Fly (BSF) atau sering disebut lalat tentara hitam penghasil larva atau maggot asal Kota Bogor telah berhasil menembus pasar dunia. Untuk perdana, larva kering BSF yang diproduksi PT. Bio Cycle Indo diekspor ke Negeri Elizabeth dan dilepas langsung Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo.
Syahrul mengatakan, larva kering BSF dari Kota Bogor dapat diekspor ke Inggris merupakan kebanggaan bagi Indonesia, sebab tidak mudah menembus pasar ekspor ke Inggris. Dengan begitu, lanjutnya, Kota Bogor telah berhasil membanggakan rakyat Indonesia dan menjadi peluang bagus untuk bidang pertanian Indonesia.
"Kota Bogor hari ini mencetak sebuah arah seperti itu. Biasanya kita bisa tembus Inggris setelah melalui Italia atau Jerman, Roma, kalian sudah tembus langsung berarti itu pintu yang bagus untuk pertanian Indonesia ke depan," kata Syahrul saat memberikan sambutan di lokasi pelepasan ekspor di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, belum lama ini.
Baca juga: Metamorfosis Lalat di Pinggiran Bogor
Syahrul juga mengatakan, Indonesia memerlukan pelaku usaha yang terus melakukan inovasi untuk menumbuhkan produk ekspor baru atau emerging seperti larva kering ini. Tidak hanya itu, negara tujuan baru pun perlu terus diperluas untuk ke depannya.
"Hari ini Kota Bogor juga membuktikan bahwa komoditas kita adalah komoditas yang bisa diekspor, dan saya kira larva kering ini adalah bagian-bagian yang membuktikan bahwa negara lain belum tentu memilikinya. Bukan hanya larva kering, kita juga punya banyak komoditas lain yang memang diminati oleh dunia," ucapnya.
Dihadapan Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, pria yang disapa SYL ini juga menyatakan, dirinya siap membantu pemerintah daerah sebagai upaya untuk memaksimalkan peningkatan ekspor berbagai komoditas pertanian di Kota Bogor. Salah satunya, larva kering BSF dan juga ekspor jamur yang memungkinkan tidak membutuhkan banyak ruang dengan memanfaatkan fasilitas KUR (Kredit Usaha Rakyat) yang tersedia sebesar Rp50 triliun.
"Kalau begitu mari kita rencanakan supaya pengembangannya cepat dan lebih banyak lebih bagus," tandas SYL.
Sangat Menjanjikan
Terpisah, Owner PT. Bio Cycle Indo, Budi Tanaka, selaku eksportir mengatakan, larva kering BSF diekspor ke negara industri pakan ternak sebagai sumber campuran bahan pakan ternak. Untuk ke negara tujuan Inggris, pihaknya mengaku mengekspor 22,5 ton larva kering BSF dengan nilai ekspor mencapai sekitar Rp1,2 miliar.
"Yang kita akan lakukan ekspor ke Inggris kurang lebih ada tiga kontainer dengan nilai ekspor sekitar Rp1,2 miliar. Untuk satu kontiner-nya sebanyak 7,5 ton larva kering dengan nilai ekspor kurang lebih Rp400 juta," kata Budi.
Di tahun sebelumnya, larva kering BSF dari hasil budidaya PT. Bio Cycle Indo juga telah berhasil diekspor ke beberapa negara tujuan, seperti Amerika Serikat maupun Uni Eropa melalui Belanda dan sebagian negara Asia, seperti Jepang, Singapura serta Malaysia. Dalam waktu dekat, sambung Budi, larva kering BFS juga akan diekspor ke Taiwan dan Kanada.
"Saya minta doa restunya. Dua minggu lagi kita akan mengirim larva kering ke Taiwan dan saat ini kita juga sedang memroses pengurusan izin untuk ekspor ke Kanada," imbuh pria yang berusia 33 tahun itu.
Baca juga: BSF, Si Lalat Ramah Lingkungan
Menurutnya, industri ini sangat menjanjikan dan prospektif, serta menjadi peluang bagi perusahaan pakan ternak Indonesia lainnya untuk mengembangkan di pasar lokal maupun menembus pasar dunia. Mengingat terjaminnya ketersediaannya setiap saat dengan harga realtif lebih murah dibanding sumber protein lainnya, dapat menekan biaya pakan dalam industri peternakan yang berkontribusi sekitar 70-75% dari total biaya produksi.
Budi mengatakan, budidaya BSF saat ini merupakan trial project perusahaannya yang nantinya akan dikembangkan dengan kapasitas produksi skala lebih besar di dunia di Pekanbaru dan Kalimantan. Menurutnya, larva kering yang diproduksi PT. Bio Cycle Indo ini memang memiliki kualitas jauh berbeda dengan yang ada di negara lain.
"Larva ini dibesarkan 100% dari bungkil sawit seperti diinginkan negara-negara tujuan ekspor yang sesuai standar internasional. Kita masa panen larva ini 14 hari dari mulai telor kemudian dikeringkan lalu diekspor. Pada tahap pertama tahun ini dari target lima tahun, kapasitas produksi kita baru mencapai 150 ton larva kering," tandasnya.