Kementan Perkuat Hilirisasi Perkebunan dengan ABT
Jagad Tani - Demi memperkuat hilirisasi perkebunan guna meningkatkan nilai tambah produk dan kesejahteraan petani, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Perkebunan dengan menjalankan pendekatan Approach by Thematic (ABT), serta program Refocusing.
“Dengan hilirisasi, produk perkebunan tidak lagi dijual mentah, tetapi diproses menjadi produk bernilai tambah yang mampu memberikan dampak ekonomi lebih besar bagi petani,” ujar Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Perkebunan, Abdul Roni Angkat, Jumat (12/09).
Approach by Thematic (ABT) merupakan sebuah pendekatan atau strategi tematik yang dilakukan untuk menguatkan nilai tambah produk perkebunan, agar produk tidak dijual mentah, sehingga produk bernilai ekonomi tinggi dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
Program ABT menurut Roni, menjadi terobosan penting untuk memperkuat rantai nilai perkebunan dari hulu hingga hilir. Untuk daerah seperti Jawa Tengah, hilirisasi difokuskan pada tujuh komoditas strategis yakni tebu, kelapa, kopi, kakao, jambu mete, lada, dan pala. Dari jumlah tersebut, komoditas prioritas yang dikembangkan mencakup tebu, kelapa, kopi, dan jambu mete.
Secara nasional, program hilirisasi perkebunan telah mencakup lebih dari 870 ribu hektar lahan, dan Jawa Tengah termasuk salah satu provinsi prioritas. Selain hilirisasi, Kementan juga menyiapkan pendampingan teknis, penguatan kelembagaan petani, penyediaan benih unggul, serta sarana dan prasarana produksi.
Langkah ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dalam berbagai kesempatan, yang menekankan pentingnya hilirisasi pertanian sebagai kunci peningkatan kesejahteraan petani sekaligus penguatan ekonomi nasional.
“Keunggulan kita adalah negara agraris dengan iklim tropis sepanjang tahun. Karena itu, arahan Bapak Presiden untuk hilirisasi adalah langkah tepat,” tutur Mentan Amran.
Pembangunan hilirisasi tidak hanya fokus pada pangan pokok, tetapi juga komoditas perkebunan seperti kelapa, kopi, kakao, pala, hingga mete. Komoditas tersebut dinilai memiliki potensi ekspor tinggi dan dapat menopang devisa negara. Strategi hilirisasi perkebunan akan terus diperkuat setidaknya hingga 2027 mendatang.

