• 8 November 2025

Etanol Bahan Bakar Dari Tebu dan Singkong

uploads/news/2025/10/tanaman-merupakan-bahan-baku-67834e13b453dbb.jpg

Jagad Tani - Dalam beberapa minggu terakhir Etanol menjadi sorotan publik dan ramai dibicarakan di berbagai linimassa, utamanya soal penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) milik Pertamina yang sempat ditolak oleh beberapa POM swasta. Adapun pencampuran etanol ke dalam BBM di Indonesia, bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor.

Sebenarnya etanol berasal dari tanaman dan mulai dikenal luas sebagai alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, serta termasuk dalam kategori biofuel (bahan bakar hayati), dan diperoleh melalui proses fermentasi biomassa yang mengandung karbohidrat, terutama dari tanaman seperti tebu, jagung, singkong, dan sorgum.

Baca juga: Teknologi Pendataan Ikan Berbasis AI, FishFace Diluncurkan

Etanol (C2H5OH) merupakan senyawa alkohol yang mudah terbakar dan memiliki sifat fisik cair, tidak berwarna, serta larut dalam air. Dalam penggunaannya sebagai bahan bakar, etanol dapat digunakan secara murni atau dicampur dengan bensin dengan berbagai rasio, campuran paling umum adalah E10 (10% etanol, 90% bensin) dan E20 (20% etanol, 80% bensin).

Jika mengutip dari laman US Energy Information Administration, hampir seluruh bensin yang dijual di pasaran Amerika Serikat mengandung etanol dalam kadar tertentu. Campuran yang paling umum ialah E10, yaitu 10% etanol dan 90% bensin. Hampir semua kendaraan yang dijual di AS dapat menggunakan E10 tanpa masalah, sehingga E10 menjadi sumber utama konsumsi etanol di negara tersebut.

Di Indonesia, tanaman seperti tebu dan singkong merupakan sumber utama produksi etanol. Berdasarkan data dari hasil estimasi Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkebunan, luas lahan aktif panen tebu tahun 2025 mencapai 526,45 ribu hektare, dengan potensi menghasilkan lebih dari 2 juta kiloliter bioetanol per tahun jika dioptimalkan.

Sementara itu, tanaman singkong yang juga tersebar luas di berbagai wilayah di Indonesia, juga memiliki potensi untuk menghasilkan etanol, yakni sebesar 1,5 juta kiloliter bioetanol per tahun.

Etanol dari tanaman mengandung energi sekitar 21,1 MJ/L (megajoule per liter), sedikit lebih rendah dibandingkan bensin yang mengandung sekitar 32 MJ/L. Namun, kelebihan etanol terletak pada tingkat emisi gas rumah kaca yang jauh lebih rendah. Penggunaan etanol dapat menurunkan emisi karbon dioksida (CO2) hingga 50–70% dibandingkan bensin konvensional.

Proses produksi etanol terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

  1. Prapengolahan: bahan tanaman dihancurkan atau dicacah.

  2. Sakharifikasi: konversi pati atau selulosa menjadi gula sederhana.

  3. Fermentasi: gula difermentasi oleh mikroorganisme (biasanya ragi) menjadi etanol.

  4. Distilasi dan pemurnian: etanol dipisahkan dari campuran lainnya dan dimurnikan hingga kadar lebih dari 95%.

Etanol yang digunakan sebagai bahan bakar biasanya mengandung aditif (zat tambahan) khusus untuk meningkatkan kestabilan, memperbaiki nilai oktan, dan mencegah pencampuran dengan minuman beralkohol.

Dengan cadangan tanaman bahan baku yang melimpah dan besaran lahan produktif yang luas, Indonesia berpotensi menjadi produsen bioetanol di Asia Tenggara. Pengembangan teknologi produksi yang efisien, menjadi kunci untuk menjadikan bioetanol sebagai bagian dari energi nasional yang berkelanjutan.

 

Related News