Jagad Tani - Berdasarkan data dari Kementerian Kehutanan, Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Kawasan Hutan selama 10 tahun menurun dari 1,7 juta hektare atau 66% (2015) menjadi 108 ribu hektare atau 51% (2025). Sementara itu kebakaran gambut di Indonesia juga dapat dikendalikan dari 891.275 ha (2015) menjadi 24.212 (2025).
Selain itu, Titik panas (hotspot) periode 1 Januari - 26 September 2025 tercatat 2.248 titik, jumlah ini mengalami penurunan 23,9% dibandingkan 2024 sebanyak 2.954 titik. Bahkan angka karhutla dari tahun ke tahun mengalami penurunan, dari tahun 2023 seluas 1.161.192 hektare, 2024 seluas 376,805 hektare dan pada tahun 2025 mampu ditekan hingga menjadi 213,984 hektare.
Baca juga: Cagar Biosfer GSKBB Direvitalisasi Pengelola
“Dalam 3 tahun terakhir, luas karhutla berhasil ditekan dari 1,16 juta hektare, saat ini tahun 2025 menjadi hanya 213 ribu hektare. Ini bukan hanya capaian angka, tetapi hasil kerja keras lintas lembaga, dukungan masyarakat, dan sistem deteksi dini yang semakin efektif,” ungkap Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni, dikutip dari siaran persnya, Senin (13/10).
Bahkan berdasarkan pantauan dari Satelit Terra/Aqua (NASA) dengan confident level tinggi (80%), menunjukkan bahwa pada tahun 2025 tercatat sebanyak 2.248 titik, sedangkan pada periode yang sama di tahun 2024 ada sebanyak 2.954 titik, atau turun sekitar 706 titik (23,90%).
Menurut Raja Juli, penguatan Manggala Agni, operasi modifikasi cuaca, serta patroli terpadu di daerah rawan telah berkontribusi besar menekan titik api. Tidak berkompromi dengan pihak yang melakukan pelanggaran hingga menimbulkan terjadinya karhutla juga menjadi bentuk dukungan dalam menekan karhutla.
“Kami juga memastikan penegakan hukum berjalan tegas. Tidak ada kompromi terhadap pelaku pembakaran, baik individu maupun korporasi,” tukasnya.

