Jagad Tani - Paok Laus (Pitta elegans) merupakan jenis burung yang masuk ke dalam spesies burung passerine yang merupakan famili Pittidae, yakni jenis burung endemik Indonesia, yang dapat ditemukan di Kepulauan Sunda Kecil (Nusa Tenggara) dan Maluku. Dalam bahasa lokal di Sumba Timur, Paok Laus biasanya disebut parapao.
Berdasarkan Peraturan Menteri LHK No. P 106 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi, Paok laus merupakan salah satu jenis satwa liar yang dilindungi.
Baca juga: Bersuka Cita Saat Menanam, Lewat Tradisi Sagele
Memiliki panjang rata-rata sekitar 19 cm dengan berat 47–77 gram, pada kepala, tenggorokan, dagu dan lehernya berwarna hitam dengan garis mahkota yang berwarna kuning keemasan. Adapun bagian atas tubuhnya berwarna hijau tua, sedangkan sebagian besar sayapnya, memiliki warna biru dan putih. Sementara untuk bagian perutnya berwarna jingga dengan bercak perut merah karat menghiasi bulunya. Adapun Iris matanya berwarna gelap.
Sehingga jika dilihat secara kasat mata, baik dilihat dengan mata telanjang maupun dari penampakan yang ada di foto, paduan warna yang ada pada tubuh burung endemik tersebut, sekilas akan menyerupai warna bendera kebangsaan negara Palestina, yakni paduan warna Merah, Hijau, Putih dan Hitam.
Habitat alami dari Paok Laus (P. elegans) adalah hutan tropis kering dan hutan tropis lembab dataran rendah. Burung ini aktif di pagi dan sore hari, keberadaanya bisa di jumpai di semak-semak dan hutan. Bahkan di dalam buku yang berjudul A guide to the birds of Wallacea yang ditulis oleh Coates, B. J., and K. D. Bishop, menjelaskan bahwa habitat paok laus berada di hutan primer, hutan sekunder, hutan pamah, dan perbukitan monsun.
Meskipun begitu, keberadaannya cukup sulit ditemukan, sebab sangat sensitif terhadap kehadiran manusia. Bahkan, jika terdengar ada yang mendekat, Paok Laus akan segera terbang dan menghilang. Memiliki bulu di sayapnya yang berwarna hijau, sehingga kerap digunakan sebagai kamuflase, agar tidak terlihat oleh predator dan yang menjadi penanda keberadaannya yakni dari kicauan suaranya yang saling bersahutan.
Biasanya lokasi suaranya terdengar di hutan-hutan yang berada di pinggir savanna atau lembah-lembah yang terdapat banyak semak dan pohon. Bahkan di Taman Nasional Tambora yang berlokasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat, populasi hewan ini banyak di jumpai di hutan musim yang berada di wilayah Dorocanga.
Pada tahun 1836, Paok Laus dideskripsikan dan diilustrasikan oleh Coenraad Jacob Temminck, seorang ahli zoologi dari Belanda, dan menjadi bagian dari spesimen yang dikumpulkannya di pulau Timor. Bahkan Paok Laus terkadang dimasukkan juga sebagai subspesies dari pitta India (P. brachyura), pitta berisik (P. versicolor) atau pitta bersayap biru (P. moluccensis).
Paok laus biasanya hidup secara menyendiri atau berpasangan, dan tidak hidup secara berkelompok, sehingga biasa dikenal sebagai jenis burung yang soliter. Burung ini aktif di pagi dan sore hari. Pada siang hari, menghabiskan waktu bertengger di kanopi pepohonan. Saat mencari makan, ia menjelajahi lantai hutan dengan mengacak serasah menggunakan kaki dan paruhnya.Perlu kejelian dan kesabaran untuk dapat menjumpai jenis ini dan mendokumentasikannya.
Sumber rujukan:
https://ksdae.or.id/artikel/11365/Paok-Laus-Burung-Kriptik-Penghuni-Lantai-Hutan-Tambora.html
https://mongabay.co.id/2023/09/21/foto-paok-laus-burung-pemalu-endemik-pulau-sumba/

