Memilih Perkutut Juara Itu Perlu Proses
Jagad Tani - Bagi para penggemar burung perkutut, dalam menentukan burung yang memiliki suara berkualitas bukanlah perkara mudah. Sebab proses seleksinya harus teliti dan penuh kesabaran, seperti yang dilakukan oleh Rudi, pemilik AF Bird Farm yang berlokasi di Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.
Menurut Rudi, pemilihan perkutut unggulan dilakukan melalui pengamatan bertahap sejak usia muda. Sebab faktor genetik dari indukan yang juara tidak 100 persen bisa menghasilkan bibit unggulan, karena perubahan suara seiring pertambahan umur menjadi indikator penting dalam menilai potensi seekor burung.
Baca juga: Paok Laus, Endemik Sumba Menyerupai Bendera Palestina
“Melalui proses yang saya bilang tadi, bertambahnya umur itu dia akan berubah suara. Jadi di umur sekitar sebulan setengah, kita dengarkan dulu. Kalau kemungkinan bagus, kita tandai. Nanti dicek lagi di umur tiga bulan atau tiga bulan setengah,” ujarnya.
Pada usia tersebut, kualitas suara dan langkah burung mulai tampak, namun belum tentu lengkap, terkadang suaranya bagus, langkahnya juga bagus, akan tetapi ujung suaranya belum ada.
Apabila di usia sekitar tiga hingga tiga setengah bulan suara sudah terdengar komplit, Rudi biasanya mulai menurunkan burung tersebut ke kelas hanging dalam perlombaan. Namun jika belum memenuhi kriteria, burung akan tetap disimpan hingga mencapai usia enam bulan untuk penilaian ulang.
“Biasanya di umur tujuh sampai delapan bulan, kalau suaranya belum lengkap juga, mau tidak mau burung itu kita jadikan indukan atau dimasukkan ke omyokan,” ungkapnya saat ditemui oleh tim Jagad Tani di kandang peternakan.
Bagi Rudi, kesabaran adalah kunci dalam mencetak perkutut juara. Menurutnya, setiap burung memiliki potensi yang berbeda, sehingga pengamatan rutin dan pemahaman karakter menjadi hal penting dalam menentukan kualitas terbaik. Pada akhirnya dengan ketelatenan tersebut, perkutut dari farm milik berhasil menjuarai berbagai kejuaraan seperti Caca Marica dan El Fatih, yang kini memiliki nilai jual tinggi mulai dari Rp 150 juta hingga Rp 200 juta per ekor.

