Serap Produksi Susu Sapi Lokal Lewat MBG
Jagad Tani - Ada banyak roda ekonomi yang bisa digerakkan, semenjak berjalannya Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Salah satunya yakni industri susu lokal, sebab di balik segelas susu yang disajikan setiap harinya kepada siswa-siswi di sekolah, tentu ada ribuan peternak sapi perah lokal di seluruh Indonesia yang dilibatkan.
Selain sebagai salah satu upaya dalam memperkuat gizi anak, program MBG juga tentu harus menjadi penggerak kebangkitan industri susu segar skala lokal maupun nasional, yang selama ini selalu bergantung pada produk impor. Meskipun di lapangan terjadi banyak kendala seperti keracunan akibat MBG, kondisi dapur MBG yang kurang proper, akan tetapi hal ini tentunya harus selalu diperbaiki agar kedepan bisa menggerakkan roda ekonomi nasional.
Baca juga: Warga Lapas Muara Sabak Panen Jagung
Prof. Epi Taufik, yang merupakan Guru Besar Ilmu dan Teknologi Susu dari Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (IPB) sekaligus Tim Pakar Bidang Susu Badan Gizi Nasional (BGN), menjelaskan bahwa permintaan susu dalam pelaksanaan MBG akan menjadi pendorong atas meningkatnya produksi Susu Segar Dalam Negeri (SSDN).
“Sebelum ada MBG, kebutuhan susu nasional sekitar 4,7 juta ton per tahun. Dengan adanya MBG, permintaan naik menjadi lebih dari 8 juta ton per tahun. Ini artinya, ada ruang pertumbuhan besar bagi peternak lokal untuk mengisi pasar yang selama ini dikuasai impor,” ujar Prof. Epi melalui laman resmi Badan Gizi Nasional, dikutip Selasa (21/10).
Menurutnya, ada sekitar 90 persen susu segar di Indonesia yang saat ini dihasilkan oleh peternak lokal di skala menengah, sementara sisanya dipasok oleh industri skala besar. Tentu dengan adanya MBG, nilai jual susu di pasar domestik menjadi lebih pasti. Adapun para peternak lokal memiliki kesempatan untuk terus meningkatkan produksi, kualitas, serta kapasitas usahanya.
Sedangkan Kepala Biro Hukum dan Humas BGN, yakni Khairul Hidayati, menerangkan jika pemerintah telah menyusun peta jalan peningkatan produksi susu segar nasional 2025–2029, termasuk rencana impor satu juta ekor sapi perah dari negara-negara produsen seperti Australia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat untuk memperkuat populasi sapi perah nasional.
“Program MBG menciptakan efek domino positif. Dari peternakan, pakan, hingga industri pengolahan susu, semuanya ikut bergerak. Ini kebijakan gizi yang berdampak ekonomi luas, sebab bahan baku MBG harus menyerap hasil peternak lokal. Oleh karena itu, meskipun kandungan awal susu segar dalam MBG ditetapkan minimal 20 persen, angkanya akan terus dinaikkan seiring meningkatnya produksi SSDN,” pungkasnya.

