Petani Klaten Dilatih BRIN Kembangkan Teknologi Mikroba
Jagad Tani - Melalui Pusat Riset Mikrobiologi Terapan (PRMT), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memberikan pelatihan teknik perbaikan tanah berbasis mikroba bagi para petani di Kabupaten Klaten, dalam upaya mewujudkan Klaten sebagai Kota Beras yang berdaya saing dan berkelanjutan.
“Inovasi berbasis mikroba ini merupakan terobosan penting dalam mewujudkan pertanian yang lebih sehat dan berkelanjutan. Ketergantungan pada pupuk kimia telah menurunkan kualitas tanah. Dengan teknologi hasil riset BRIN, petani tidak hanya belajar teknik baru, tetapi juga memahami bagaimana tanah dapat memperbaiki dirinya sendiri secara alami,” ujar Marthenny, selaku Anggota DPRD Klaten, dikutip dari BRIN, Minggu (26/10).
Baca juga: Etanol Bahan Bakar Dari Tebu dan Singkong
Menurut Marthenny, hasil riset seperti ini harus sampai ke lapangan, khususnya di tingkat petani. Karena dari situlah manfaatnya akan dirasakan langsung oleh masyarakat. Sebab, melalui dukungan ilmu pengetahuan, pembangunan pertanian Klaten menjadi lebih tangguh dan berdaya saing, bukan hal yang tidak mungkin.
Dwi Susilaningsih, selaku Peneliti Ahli Utama PRMT BRIN, menjelaskan jika konsep Tanah Sehat, Tanaman Pangan Sehat, Kita Sehat. Meupakan konsep yang menekankan soal pentingnya menjaga kesuburan tanah dengan memanfaatkan mikroorganisme alami sebagai solusi atas penurunan kualitas lahan akibat penggunaan pupuk kimia jangka panjang.
“Kesehatan tanah menentukan kesehatan semua makhluk di atasnya. Mikroba ibarat ‘dokter tanah’ yang memulihkan vitalitas alami lahan pertanian tanpa merusak keseimbangan ekosistem,” terang Dwi.
Dijelaskan juga oleh Dwi bahwa peran penting mikroba tanah seperti sianobakteria yang dapat memperbaiki struktur tanah, mengikat nitrogen, dan meningkatkan daya serap air. Sehingga petani bisa membuat sendiri biostimulan mikroba ini dengan biaya murah. Sebab hasilnya, tanah dapat menjadi lebih gembur dan tanaman padi lebih tahan penyakit.
“Mikroba berperan penting agar tanah tidak jenuh bahan kimia. Inovasi ini adalah langkah kecil menuju masa depan besar pertanian Indonesia. Kita ingin petani menjadi ilmuwan di lahannya sendiri,” tuturnya.

