Tradisi Mandi Kotoran Sapi Ala Warga India
Jagad Tani - Ketika sebagian besar masyarakat India mulai beristirahat usai perayaan Diwali yang dimulai pada 20 Oktober 2025, warga Desa Gumatapura di Talavadi, Chamarajanagar, justru mempunyai tradisi unik yang telah berlangsung selama berabad-abad, yakni Gore Habba atau Festival Kotoran Sapi.
Festival yang digelar sehari setelah Balipadyami atau hari keempat dari rangkaian perayaan Diwali ini menarik ribuan warga dari berbagai daerah, termasuk dari negara bagian Tamil Nadu. Selama acara, penduduk desa saling melempar dan mengoleskan kotoran sapi ke tubuh mereka sebagai simbol doa, kesucian, dan kebersamaan.
Baca juga: Bersuka Cita Saat Menanam, Lewat Tradisi Sagele
Perayaan dimulai di Kuil Beereshwara, tempat warga berdoa dan mengumpulkan tumpukan besar kotoran sapi segar di halaman kuil. Anak-anak kemudian berkeliling dari rumah ke rumah untuk mengumpulkan susu dan ghee (mentega murni), yang nantinya digunakan dalam ritual penyucian dewa desa, Kareswara.
Dalam prosesi ini, sosok simbolik bernama Chadikora tampil mencuri perhatian. Sebab mengenakan dedaunan dan jerami, lengkap dengan kumis palsu, lalu diarak mengelilingi desa dengan menunggang keledai sebelum ritual lempar kotoran dimulai. Tradisi ini diyakini sebagai bentuk penghormatan kepada dewa desa serta untuk menjaga harmoni antarsesama warga.
Asal-usul Gore Habba bermula dari kisah seorang suci dari utara yang pernah tinggal di rumah penduduk bernama Kalegowda. Setelah orang suci tersebut wafat, harta bendanya dibuang ke dalam lubang. Hingga pada suatu hari, ada sebuah gerobak yang melewati lubang itu memperlihatkan sebuah lingga (simbol Dewa Siwa) yang mulai berdarah ketika roda gerobak melewatinya.
Malam harinya, orang suci tersebut muncul dalam mimpi seorang penduduk desa dan memerintahkan mereka untuk merayakan Gore Habba sehari setelah Diwali setiap tahun sebagai bentuk penghormatan. Hingga akhirnya mendjadi sebuah perayaan rutinan.
Sebelum festival dimulai, warga memandikan dan menghias keledai, lalu mengaraknya menuju kuil dalam prosesi meriah. Setelah itu, seluruh peserta mandi bersama di kolam desa, bercanda, dan tertawa sebagai simbol penyucian diri. Serta mempunyai makna semua orang menjadi kotor, lalu semua orang kembali bersih.
Selain bernuansa religius, Gore Habba juga mengandung pesan moral. Dua tokoh Chadikora yang ditampilkan dalam parade dianggap mewakili sifat kepalsuan dan penipuan. Parade mereka menjadi pengingat agar masyarakat senantiasa menjunjung kebenaran dan kerukunan sosial.
Selama hampir dua jam, pria, wanita, dan anak-anak dengan penuh semangat akan saling melempar gumpalan kotoran sapi, yang disambut oleh sorak-sorai penonton dari berbagai daerah. Meski terlihat berantakan, warga meyakini festival ini sebagai bentuk cerminan dari kesetaraan dan solidaritas.

