Dari Indonesia Ke Belanda Demi Riset Pala
Jagad Tani - Melalui program joint research dengan Leiden Universiteit, Belanda, pada akhirnya Fakultas Biologi dari Universitas Gajah Mada (UGM) kembali memperkuat jaringan riset internasional.
Salah satu mahasiswa dari Program Doktor Fakultas Biologi, yakni Dany Lesmana Hakim, berkesempatan untuk mengikuti kegiatan riset kolaboratif di Naturalis Biodiversity Center dan Hortus botanicus Leiden pada 7-19 Oktober 2025 lalu.
Baca juga: Panen Buah Papua Melimpah, Petani Pati Bahagia
Kunjungan tersebut difokuskan untuk meneliti tanaman pala (Myristica fragrans Houtt) dengan meneliti perbandingan berbagai spesies pala dari Sulawesi, Ambon, dan Maluku dengan melihat aspek morfologi, kandungan biokimia, serta variasi genetik menggunakan penanda molekuler ISSR (Inter Simple Sequence Repeat).
Pala dalam perjalanannya memiliki rekam jejak sebagai komoditas tanaman yang menjadi simbol perdagangan masa kolonial di Indonesia dan berpotensi sebagai ekspor unggulan rakyat dan bahan komposisi obat-obatan.
Hasil pengamatan terhadap spesimen herbarium pala yang berasal dari Asia, meliputi Thailand, Malaysia, Indonesia, dan Papua Nugini tersebut disimpan rapi di ruang koleksi CoLa4 (Collection Lab lantai 4). Berdasarkan genus, spesies, serta daerah asal, dengan mengamati bagian fisik spesimen untuk membandingkan morfologi antarpopulasi.
Sistem pengelolaan koleksi di Belanda yang sangat membantu peneliti dalam menemukan spesimen yang dibutuhkan. Hal ini bisa menjadi masukan bagi manajemen koleksi herbarium di Indonesia yang masih perlu dirapikan menyambangi Hortus botanicus Leiden, taman botani tertua di Belanda yang berdiri sejak tahun 1590.
Hortus botanicus memiliki lebih dari 4.000 jenis tanaman, termasuk pala (Myristica fragrans Houtt) dari Indonesia, bunga bangkai raksasa (Amorphophallus titanum), dan berbagai jenis anggrek langka. Dalam kunjungan tersebut, ia bertemu dengan Prof. Dr. rer.nat. Paul Kessler, Co-promotor disertasinya untuk meninjau langsung koleksi tanaman tropis di rumah kaca (greenhouse).
“Riset ini tidak hanya memperkuat kolaborasi akademik, tetapi juga membuka peluang bagi peneliti lain di Indonesia, termasuk dari BRIN, untuk bergabung dalam studi lanjutan mengenai potensi genetik rempah Indonesia,” pungkasnya dikutip dari laman website UGM, Jumat (31/10).

