Perempuan Tani HKTI Hadirkan Program Solusi
Jagad Tani - Berawal dari kegelisahan terhadap kesejahteraan petani, Hj. Resna Oktaviana, Ketua DPD Perempuan Tani HKTI Jawa Barat, bertekad menghadirkan solusi nyata. Dari semangat itu lahirlah lima program unggulan, mulai dari Kios Pangan, Sayur Mayur Naik Kelas, Minuman Bunga Nusantara, Budidaya Hidroponik dan Hortikultura, serta Pemberdayaan UMKM.
“Saya ini basic-nya petani, berdasarkan riset dan pengalaman di lapangan, saya melihat banyak kendala yang membuat petani sulit sejahtera. Kami ingin menunjukkan bahwa petani adalah garda terdepan ketahanan pangan,” ujarnya saat ditemui oleh tim Jagad Tani.
Baca juga: Kawal Kebijakan Demi Peternak Ayam Mandiri
Pada program Kios Pangan, menurutnya merupakan sebuah inisiatif yang membuka akses pasar bagi petani dan UMKM lokal. Sebab melalui kios ini, produk pangan strategis dijual langsung dari petani ke konsumen dengan harga yang mampu bersaing. Adapun program kedua yaitu Sayur Mayur Naik Kelas, gerakan yang mengangkat citra produk pertanian menjadi bagian dari gaya hidup modern.
“Lwat program kios pangan itukan kalau transaksi di pasar modern, uangnya lari ke luar daerah. Tapi kalau di kios pangan, uang berputar di wilayah sendiri. Itu membantu ekonomi lokal. Sementara itu, untuk program kedua, kami ingin masyarakat terbiasa menggunakan produk pertanian dalam momen formal maupun informal, misalnya pernikahan atau acara pemerintahan,” ungkap Resna.
Bersama Badan Pangan Nasional (Bapanas), menurutnya, program ini telah diterapkan dalam kegiatan B2SA di IPB Bogor, di mana hampers sayur mayur menjadi cenderamata bagi tamu undangan. Kemudian inovasi ketiga yakni Minuman Bunga Nusantara, sebuah produk olahan dari bunga-bungaan lokal seperti telang, combrang, krisan, dan daun suji.
“Kalau minuman herbal dari rempah sudah biasa. Kami ingin memperkenalkan minuman sehat dari bunga, ada 15 rasa yang kami kembangkan,” kata Resna.
Program keempat berfokus pada pengembangan hortikultura dan sistem pertanian hidroponik. Dimana para petani perempuan didorong untuk mencoba budidaya melon, sayuran, dan tanaman hortikultura dengan metode modern. Sedangkan untuk program yang kelima yakni Pemberdayaan UMKM, yang menekankan pada pelatihan, pendampingan, dan pemasaran produk turunan hasil pertanian.
Bagi Resna, istilah Perempuan Tani mencerminkan semangat inklusif dan ke depannya ia juga ingin agar pemerintah lebih terlibat lagi dalam memperkuat sistem pemasaran hasil tani sehingga bisa mengurangi ketergantungan pada tengkulak.
“Kalau perempuan, semua segmen usia bisa masuk. Bukan hanya pembudi daya, tapi penggerak. Sementara itu, untuk masalah pemasaran, ya kita ciptakan marketing sendiri. Jangan bergantung (pada tengkulak), yang penting konsisten, karena setiap aksi pasti menghasilkan dampak,” tukasnya.

