• 5 December 2025

Leuit Kampung Naga, Simbol Ketahanan Pangan Tradisional

uploads/news/2025/11/leuit-kampung-naga-simbol-560406bdd249e96.jpg

Jagad Tani - Di tengah derasnya arus modernisasi di bidang pertanian, masyarakat adat Kampung Naga di Desa Neglasari, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, tetap kukuh mempertahankan tradisi leluhur mereka. Di saat teknologi pertanian semakin maju dan serba mekanis, masyarakat Kampung Naga justru masih memegang cara-cara tradisional dalam mengelola hasil panen, khususnya dalam hal penyimpanan padi.

Salah satu warisan berharga yang masih dijaga dengan penuh kebanggaan adalah leuit, atau lumbung padi tradisional. Bagi masyarakat Kampung Naga, leuit bukan sekadar tempat untuk menyimpan gabah, tetapi juga lambang kesejahteraan, dan menjadi sumber ketahanan pangan bagi 102 keluarga dan 287 jiwa yang ada di Kampung Naga.

Baca juga: Empat Kios Langgar Aturan HET, Izinnya Dicabut

Masyarakat Kampung Naga meyakini bahwa dengan adanya leuit, hasil panen dapat bertahan lama, bahkan hingga bertahun-tahun, tanpa mengalami kerusakan atau serangan hama. Hal ini dikarenakan di dalam leuit, gabah biasanya disimpan masih dalam bentuk padi utuh (belum digiling), sehingga kulitnya melindungi beras dari serangan hama, sehingga bisa tahan lama.

Meski leuit juga dikenal luas di kalangan masyarakat Sunda di wilayah Banten dan Jawa Barat, di Kampung Naga, bangunan ini juga sama-sama memiliki nilai simbolik yang mendalam. Umumnya, leuit berukuran sekitar 2,5 x 2,5 meter dengan tinggi 2-3 meter dan dibangun menggunakan bahan-bahan alami seperti bambu, kayu, dan ijuk.

Dindingnya berupa anyaman bambu yang memungkinkan udara masuk dan keluar dengan lancar, sementara atap ijuk berfungsi menjaga suhu ruangan tetap sejuk dan melindungi gabah dari panas matahari maupun hujan.

Keunikan leuit terletak pada struktur dan desainnya yang sarat filosofi. Bangunan ini biasanya dibuat lebih tinggi dari permukaan tanah, ditopang oleh tiang-tiang kayu yang kokoh. Selain itu, tatapakan (penahan dasar kayu yang terbuat dari batu umpak) yang ditujukan agar kayu tidak langsung menyentuh tanah, sehingga mencegah kayu menjadi lembap dan dimakan rayap.

Pondasi leuit yang tinggi tidak hanya membuat sirkulasi udara di bawahnya tetap lancar, tetapi juga mencegah tikus atau serangga naik ke dalam. Lantai yang terbuat dari anyaman bambu berfungsi menjaga sirkulasi udara dari bawah, sementara bahan alami yang digunakan membantu mempertahankan kelembapan dan mencegah munculnya jamur.

Kelebihan sistem tradisional ini terbukti efektif. Gabah yang disimpan di dalam leuit dapat tetap awet dan terjaga kualitasnya selama bertahun-tahun. Semua itu berkat keseimbangan antara ilmu tradisional dan harmoni dengan alam yang dijaga oleh masyarakat Kampung Naga sejak dahulu kala.

Leuit bukan hanya bangunan fisik, melainkan juga manifestasi nilai-nilai kehidupan masyarakat adat yakni kesederhanaan, kebersamaan, dan kemandirian. Di tengah gempuran modernisasi, keberadaan leuit menjadi pengingat bahwa kemajuan tidak selalu harus meninggalkan tradisi. Justru, kearifan lokal seperti inilah yang menjadi fondasi ketahanan pangan dan identitas budaya bangsa.

Related News