Jagad Tani - Tedong ialah sebutan untuk kerbau dalam bahasa Toraja. Menurut tradisi dan kepercayaan masyarakat Tana Toraja, kerbau merupakan kendaraan para arwah untuk menuju ke Puya (dunia arwah, atau akhirat), sehingga kerbau memiliki kedudukan yang unik di masyarakat Toraja.
Adapun Tedong Saleko, merupakan varietas kerbau belang, bagi masyarakat Toraja kerbau ini dianggap mahluk yang paling sakral, paling mahal, dan paling bergengsi di antara semua jenis kerbau di wilayah Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Kerbau jenis ini tidak hanya menjadi hewan ternak, tetapi juga memiliki nilai budaya, spiritual, dan ekonomi yang sangat tinggi dalam masyarakat Toraja. Ciri-ciri Kerbau Tedong Saleko memiliki penampilan fisik yang sangat khas dan mudah dikenali, seperti berwarna belang putih dan hitam, dengan pola yang unik pada setiap individu.
Baca juga: Masyarakat Adat Pengawal Hutan Indonesia
Bukan hanya itu saja, kerbau ini memiliki mata yang berwarna kebiruan atau melo, dengan tanduk panjang dan melengkung simetris. Selain itu bentuk tubuhnya yang berukuran besar dan proporsional. Adapun pola belang pada tubuhnya dipercaya membawa keberuntungan dan menunjukkan sebuah status yang tinggi bagi sang pemilik.
Di dalam budaya Toraja, kerbau memiliki peran sentral terutama dalam upacara adat, seperti Rambu Solo’ (upacara pemakaman) Kerbau, terutama Saleko, dipersembahkan untuk menghormati arwah leluhur. Tedong Saleko dipandang sebagai kerbau paling bernilai dan prestisius dalam ritual, tetapi kesakralan kerbau secara umum merujuk pada simbolisme kerbau dalam kosmologi (ilmu yang mempelajari hubungan antara ruang dan waktu terhadap alam semesta) Toraja.
Bagi masyarakat Toraja, memiliki Tedong Saleko merupakan simbol kekayaan dan martabat, sehingga hanya keluarga bangsawan atau orang yang sangat mampu yang biasanya memilikinya. Seekor Tedong Saleko bisa dihargai ratusan juta hingga miliaran rupiah, hal ini tergantung dari kualitas, pola belang, dan faktor keturunan.
Pasar hewan di Tana Toraja, seperti Pasar Bolu merupakan sebuah pasar yang berada di poros Rantepao-Palopo Bolu Toraja Utara, seringkali menjadi tempat transaksi kerbau-kerbau mahal ini dan dikenal pula sebagai salah satu pasar kerbau terbesar di Indonesia dan sangat terkenal dalam perdagangan kerbau Toraja.
Dalam filosofi masyarakat Toraja, kerbau ialah lambang dari kekuatan dan ketabahan, penghubung antara dunia manusia dan roh leluhur, serta melambangkan pengorbanan dan penghormatan. Sementara itu, Tedong Saleko dipandang sebagai hewan suci yang memperkuat hubungan spiritual dalam ritual adat.

