• 5 December 2025

Kopi Toraja, Jawara Kopi dari Dataran Sulawesi

uploads/news/2025/11/kopi-toraja-jawara-kopi-7198512b2693dea.jpeg

Jagad Tani - Kopi Toraja yang berasal dari dataran tinggi Tana Toraja, Sulawesi Selatan, sudah lama dikenal dalam peta kopi Indonesia. Hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan, varietas, dan pembelakuan kopi pasca panen, sehingga biji kopi yang dihasilkan memiliki karakter kopi yang khas dan dihargai mahal baik di pasar domestik maupun internasional.

Berdasarkan data dari Toraja.Coffe, luas perkebunan kopi di Tana Toraja seluas 10.772 ha dan tersebar ke 19 kecamatan di Kabupaten Tana Toraja, dengan Kecamatan Bittuang menjadi yang terluas yakni 1.654 ha, diikuti Gandangbatu Sillanan dan Mengkendek masing-masing seluas 1.597 ha dan 970 ha. Dari luas tersebut, hasil panen kopi Tana Toraja pada tahun 2022 sebanyak 3.567,82 ton.

Baca juga: Mengenal Lima Jenis Kerbau Khas Upacara Toraja

Sementara itu, di Kabupaten Toraja Utara, luas perkebunan kopi mencapai 11.235,8 ha. Daerah dengan perkebunan kopi paling luas adalah di Kecamatan Buntu Pepasan yaitu sebesar 2.110 ha. Berdasarkan data tahun 2021, hasil panen kopi Toraja utara yakni mencapai 7.888 ton.

Kopi-kopi tersebut ditanam di wilayah pegunungan dengan ketinggian 1.000-2.500 mdpl dan temperatur suhu rata-rata berkisar antara 15° C – 28° C dengan kelembaban udara antara 82 – 86 %, curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun sampai lebih dari 3500 mm/tahun. Sehingga tanaman kopi Arabika mampu tumbuh dengan subur.

Salah satu kekuatan utama Kopi Toraja yakni rasanya yang khas, dengan keseimbangan rasa pahit-asam yang baik, aftertaste halus, dan aroma rempah/herbal yang menonjol (catatan cokelat gelap, kacang, rempah seperti kayu manis atau cengkeh, serta beberapa catatan buah pada varietas tertentu seperti Kopi Toraja Sapan).

"Rasa kopi Toraja itu khas, karena seperti ada campuran rasa rempah seperti cengkeh. Saat proses penanaman, tanaman ini kan juga biasanya disisipi dengan tanaman rempah itu," ungkap Naufal Hariyadi salah seorang Roastery Kopi, saat dihubungi oleh tim Jagad Tani via telepon (19/11).

Metode pasca panen seperti full washed, semi washed, dan natural. Proses full washed juga semakin membuat aspek varian rasa dari biji kopi Toraja, sehingga memunculkan ciri khas rasanya, sedangkan proses semi washed memberikan rasa yang lebih clean dan elegan. Sementara proses natural memunculkan dimensi rasa buah yang lebih tebal. Pemilihan metode ini membuat kopi Toraja mempunyai segmen pasar yang berbeda.

"Kopi ini memiliki harga yang cukup tinggi di pasaran kopi, dan biasanya dapat ditemukan di cafe-cafe besar. Selain itu, juga biasanya digunakan untuk ekspor," ungkap pria yang akrab disapa Noval ini.  

Kopi Toraja juga seringkali mendapatkan skor cupping (skor yang diberikan kepada kopi kami setelah melalui evaluasi dan pencicipan ketat) di kisaran specialty (sering dilaporkan di rentang mid-80s pada skala 100 untuk banyak lot yang diproses baik), sehingga mudah untuk ditempatkan di pasar specialty dan juga menarik minat para pembeli dari Jepang, Eropa, dan Amerika. 

Related News