Ikan Red Devil Danau Toba Jadi Olahan
Jagad Tani - Populasi Ikan Red Devil yang kian meningkat di Danau Toba mendorong warga setempat mengembangkan inovasi pengolahan agar ikan predator ini bernilai ekonomi. Di Desa Sigaol Barat, Kecamatan Uluan, Kabupaten Toba, ikan yang dikenal masyarakat dengan sebutan tayotayo tersebut justru diolah menjadi kerupuk renyah dan bakso.
Irvandy Mokodompit, bahkan telah mengembangkan produk olahan ikan red devil sejak 2021. Menggunakan peralatan sederhana, ia memproses ikan mulai dari merebus, mengelupas daging, menggiling, mencampur bumbu, membentuk adonan, hingga mengeringkannya sebelum digoreng menjadi kerupuk. Untuk produk bakso, adonan dibentuk bulat lalu dikukus. Inovasi ini menjadi salah satu upaya pemanfaatan ikan predator yang selama ini dikeluhkan nelayan.
Baca juga: Awal Mula Ikan Red Devil Masuk Indonesia
Saat Plt. Kepala Dinas Perindagkop Kabupaten Toba, Salomo Simanjuntak, bersama Camat Uluan Henry Butarbutar dan sejumlah pejabat lainnya meninjau lokasi pengolahan pada 24 Mei 2022, Irvandy menyampaikan bahwa pengembangan usahanya terkendala keterbatasan peralatan. Ia membutuhkan mesin penggiling serta bahan pengemasan yang lebih standar agar produksi dapat ditingkatkan.
Pemerintah daerah memberi respons dengan menawarkan berbagai bentuk dukungan, mulai dari pelatihan, studi banding, fasilitasi perizinan industri rumah tangga (IRT), hingga pendampingan untuk memperoleh label halal. Langkah ini ditujukan agar pemasaran produk olahan ikan tayotayo semakin luas dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Irvandy yang juga menjalankan usaha kafe di kawasan wisata Desa Siregar Aek Nalas turut didorong agar melibatkan warga sekitar dalam proses produksi. Upaya pemberdayaan ini diharapkan dapat memperluas peluang ekonomi sekaligus menekan populasi ikan red devil di Danau Toba.
Di wilayah lain, inovasi serupa juga muncul. Seorang warga Berastagi, Fitri Yuliani Sitorus, mengolah ikan red devil menjadi abon bernilai jual tinggi. Produk tersebut dihasilkan berkat keprihatinannya melihat banyaknya ikan predator yang tidak termanfaatkan, meski memiliki kandungan protein dan lemak yang baik untuk ibu hamil dan anak-anak. Dari satu kilogram ikan red devil dapat dihasilkan sekitar tiga ons abon, yang kini dipasarkan secara daring dengan harga sekitar Rp200 ribu per kilogram.
Berbagai terobosan pengolahan ini menunjukkan bahwa ikan red devil tidak hanya menjadi ancaman bagi ekosistem perairan Danau Toba, tetapi juga dapat menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat apabila diolah secara kreatif dan berkelanjutan.

