Jagad Tani - Proses penataan kawasan di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) masih terus berlangsung. Pasca aksi demo yang dilakukan di Pekanbaru pada (20/11) lalu, juga disusul oleh gelombang massa yang masuk ke kawasan Taman Nasional Tesso Nilo. Bahkan para petugas yang menjaga kawasan yakni Satuan Tugas Penertiban Kawasan Hutan (Satgas PKH) dipaksa untuk mundur.
Komandan Satgas PKH, Mayjen TNI Dody Triwinarto, mengungkapkan bahwa pemerintah telah menyiapkan lahan sekitar 900 hektare untuk masyarakat yang terdampak penertiban TNTN, namun lokasinya masih dalam tahap pemastian. Satgas PKH tersebut ditugaskan untuk mendapatkan kembali 81.793 hektare tanah di TNTN. Sebelumnya, lahan seluas 40 ribu hektare kawasan Hutan TNTN dibuka untuk permukiman dan perkebunan sawit ilegal.
Baca juga: Tedong Saleko, Kerbau Kasta Tertinggi Masyarakat Toraja
Bukan hanya itu saja, satgas PKH juga telah mencabut SHM ilegal milik warga guna mengembalikan lahan yang menjadi wilayah hutan untuk konservasi gajah sumatera, hal tersebut ternyata dianggap menganggu oleh sebagian besar masyarakat.
"Sejak 22 Mei 2025, Satuan Tugas Penertiban Kawasan Hutan telah berjibaku menyelamatkan tempat tinggalku. Mereka rela mengorbankan waktu, meninggalkan keluarga, dan menjaga rumahku. Bahkan ada di antara mereka yang berkorban jiwa demi mempertahankan hutan ini," tulis Balai Taman Nasional Tesso Nilo dikutip dari laman Instagram resminya, (22/11).
Menyoroti tentang kondisi Taman Nasional Tesso Nilo yang kini tengah menghadapi berbagai masalah ekologis, Kapolda Riau yakni Irjen Pol Herry Heryawan mengajak seluruh masyarakat untuk berperan dalam menjaga keberlanjutan kawasan konservasi tersebut.
“TNTN adalah rumah gajah sejak dulu hingga sekarang. Kawasan ini harus kita kembalikan menjadi habitat gajah, harimau, dan satwa lainnya. Melalui kegiatan ini, kita menyuarakan keadilan bagi satwa yang tak bisa bersuara,” jelasnya.

