Mengenal Kapur Barus Dari Tapanuli Tengah
Jagad Tani - Kapur barus berasal dari ekstraksi pohon kamper (Cinnamomum camphora) yang berbentuk kristal berwarna putih, dan memiliki aroma yang khas. Kristal putih itu diperoleh dari batang pohonnya. Nama kapur barus pun berasal dari nama Barus, sebuah kecamatan di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
Sejak abad ke-2 Masehi, sudah dikenal oleh orang Yunani sebagai kawasan perdagangan bernama Baraosai yang menghasilkan bahan-bahan wewangian dari pohon kamper. Bahkan seorang penjelajah legendaris Marco Polo juga pernah menceritakan dalam perjalanannya bahwa ia singgah singgah di wilayah yang disebut Fansur (Barus) pada tahun 1298 Masehi, dan mencatat kekagumannya terhadap kualitas kapur barus yang dihasilkan.
Baca juga: Gajah Mati Ditumpukan Kayu Pasca Banjir Aceh
Pohonnya yang memiliki ciri-ciri batang yang berukuran besar, dengan tinggi mencapai 62 meter, serta diameter berukuran 100-150 cm, batang berwarna cokelat, namun semakin ke dalam warnanya berubah menjadi cokelat kemerahan.
Tanaman ini akan tumbuh maksimal bila ditanam di daerah beriklim tropis basah dengan curah hujan kurang dari 100 mm per tahun dan bisa tumbuh di batas maksimal ketinggian sekitar 300 mdpl, di pegunungan yang bertekstur tanah berpasir atau di lereng-lereng bukit.
Meski demikian, dalam catatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), kapur barus berasal dari pohon kamper termasuk dalam Suku Lauraceae, yakni kerabat dekat tanaman alpukat, kayu manis. Bahkan di Kebun Raya Cibodas, bisa tumbuh di ketinggian 1.300 – 1.425 mdpl.
Adapun batangnya berbentuk tegak, lurus, bulat, dan memiliki resin. Sementara daunnya, tergolong daun tunggal yang berseling berukuran 4-6 cm x 2-4 cm. Di sisi daun terdapat stipula berukuran 7 mm, tepi daunnya rata dengan pertulangan daun menyirip rapat, permukaan daun berwarna hijau yang mengkilap.
Selain tumbuh di Barus, pohon ini juga tersebar di pulau Kalimantan, dan sebagian wilayah Malaysia.
Berdasarkan data dari International Union for Conservation of Nature (IUCN), status pohon kamper di Indonesia saat ini sudah terancam punah. Padahal tanaman ini memiliki banyak sekali manfaat , mulai dari bahan baku obat herbal, bahan pewangi alami, bahan baku kosmetik, kapur barus, hingga balsam.

