Jagad Tani - Baru diketahui jika orangutan di Tapanuli memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan ciri umum orangutan di sumatra. Secara taksonomi justru lebih dekat kemiripannya dengan orangutan kalimantan. Memiliki nama ilmiah Pongo tapanuliensis, spesies ini hanya ditemukan di ekosistem Batang Toru di tiga kabupaten, yakni Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan.
Di Sumatra, orangutan umumnya memiliki nama ilmiah Pongo abelii. Sedangkan orangutan Kalimantan disebut Pongo pygmaeus dan terdiri dari tiga subspecies. Pongo pygmaeus pygmaeus berada di bagian utara Sungai Kapuas sampai ke timur laut Sarawak, Pongo pygmaeus wurmbii ditemukan dari selatan Sungai Kapuas hingga bagian barat Sungai Barito, dan Pongo pygmaeus morio, tersebar di Sabah hingga Sungai Mahakam di Kalimantan Timur.
Baca juga: Gajah Mati Ditumpukan Kayu Pasca Banjir Aceh
Penemuan Pongo tapanuliensis ini diawali dari penelitian populasi orangutan sumatra, sebagai hasil kerja sama antara KLHK, LIPI, IPB, Universitas Nasional, serta Yayasan Ekosistem Lestari-Program Konservasi Orangutan Sumatra (YEL-SOCP), yang telah berlangsung sejak 1997.
Sebelumnya orangutan di hutan Tapanuli dianggap sebagai populasi orangutan paling selatan dari orangutan sumatra, yaitu termasuk spesies Pongo abelii.
Tim survei Yayasan Orangutan Sumatera Lestari–Orangutan Information Center (YOSL–OIC) bahkan mengkonfirmasi keberadaan habitat baru orangutan tapanuli, yakni di kawasan hutan rawa gambut Desa Lumut Maju, Kecamatan Lumut, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, akhir 2024 lalu. Jaraknya, sekitar 32 km arah barat Hutan Batang Toru.
Melansir dari sumatranorangutan.org, perbedaan genetika merupakan alasan pertama yang menjadikan orangutan tapanuli sebagai spesies tersendiri yang berbeda dengan spesies Pongo abelii. Secara historis pemisahan genetika dari orangutan sumatra terjadi sekitar 3,38 juta tahun lalu, sedangkan pemisahan dari orangutan kalimantan terjadi sekitar 670.000 tahun yang lalu. Sejumlah penelitian juga mengindikasikan bahwa orangutan tapanuli justru merupakan moyang dari kera besar tersebut.
Beberapa ahli memperkirakan, sejarah geologis Danau Toba yang terbentuk dari beberapa letusan gunung api yang terjadi sekitar 1,2 juta tahun lampau telah menyebabkan terjadinya proses pemisahan populasi orangutan sumatra. Bukan saja pada akhirnya menimbulkan perbedaan genetik di antara mereka, tapi juga morfologi dan perilakunya.
Menariknya, hasil penelitian Alexander Nater dkk (2011) menunjukkan adanya bukti bahwa secara genetik spesies orangutan tapanuli justru lebih dekat dengan spesies orangutan kalimantan.
Ditemukannya perbedaan genetis dalam populasi orangutan sumatra setidaknya membuktikan, bahwa orangutan di Pulau Sumatra sendiri terdapat dua spesies. Ini artinya, dengan adanya penemuan Pongo tapanuliensis, berarti bersama Pongo abelii dan Pongo pygmaeus yang telah ditemukan terlebih dulu, di Indonesia terdapat tiga spesies orangutan.
Dibandingkan orangutan lainnya, populasi Pongo Tapanuliensis sangatlah kecil, berdasarkan data dari Population and Habitat Viability Assessment (PHVA) 2016 yang menjadi rujukan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan 2019–2029, populasi orangutan tapanuli diperkirakan hanya berkisar antara 577-760 individu, yang hidup di habitat seluas 1.051,32 kilometer persegi.
Jika merujuk International Union for Conservation of Nature (IUCN), satwa yang sebagian besar habitatnya berada di atas 850 meter ini telah masuk daftar merah dengan keterangan sangat terancam punah (critically endangered).
Usia hidupnya mencapai umur 50-60 tahun, dengan perilaku betina orangutan tapanuli baru punya anak pertama di usia 15 tahun, dan jarak antar melahirkan anak sekitar 8 atau 9 tahun.
Dibandingkan dengan dua spesies orangutan lainnya, setidaknya ada beberapa ciri khas pembeda dengan orang utan tapanuli, yakni tengkorak dan tulang rahang orangutan tapanuli lebih halus daripada orangutan sumatra dan orangutan kalimantan.
Selain itu orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis) memiliki ukuran tubuh dan warna rambut yang menyerupai orangutan sumatra, namun mereka memiliki rambut kusam, kepala lebih kecil, dan wajah datar, serta bulunya lebih tebal dan keriting.
Adapun orangutan tapanuli jantan memiliki kumis dan jenggot yang menonjol dengan bantalan pipi berbentuk datar yang dipenuhi oleh rambut halus berwarna pirang. Orangutan tapanuli jantan memiliki panggilan jarak jauh (long call) yang berbeda dengan panggilan jantan dari kedua jenis orangutan lainnya.
Selain itu, orangutan tapanuli juga memakan jenis tumbuhan yang selama ini belum pernah tercatat sebagai sumber makanan bagi dua sepesies orangutan lain, di antaranya seperti biji aturmangan (casuarinaceae), buah sampinur tali/bunga (podocarpaceae), dan agatis (araucariaceae).
Sumber Rujukan:
Mongabay.go.id
Indonesia.go.id

