Kopi Kapal Api: Dari Surabaya hingga Mendunia
Jagad Tani - Perjalanan Kopi Kapal Api menjadi salah satu merek kopi legendaris Indonesia yang telah melewati perjalanan panjang sejak masa penjajahan Belanda. Cikal bakal perusahaan ini bermula pada tahun 1927 ketika tiga bersaudara, Go Soe Loet, Go Bi Tjong, dan Go Soe Bin mendirikan pabrik penggorengan kopi di kawasan Pabean, Surabaya.
Produksi kopi bernama Kopi Bubuk Hap Hoo Tjan ini kemudian dipasarkan dengan cara berkeliling kampung dan di sekitar Pelabuhan Tanjung Perak menggunakan sepeda onthel. Awalnya para pelanggan utama Hap Hoo Tjan adalah para pelaut dan masyarakat pelabuhan.
Baca juga: Fakta Penting Perawatan Marmoset dari Dokter Hewan
Kondisi tersebut lalu menginspirasi putra Go Soe Loet, yakni Soedomo, yang sejak muda telah ikut membantu ayahnya, untuk menciptakan merek kopi baru yang melambangkan harapan, kemajuan, dan semangat juang. Adapun simbol yang dipilih yakni kapal api, yang pada masa itu dianggap sebagai ikon kemajuan teknologi dan harapan baru dalam perdagangan.
Seiring berjalannya waktu, dengan meningkatnya kualitas dan permintaan, usaha kopi keluarga Go berkembang pesat. Pada 1978, Soedomo mulai mempromosikan bisnis keluarga hingga mencapai perkembangan signifikan. Keluarga Go kemudian mendirikan PT Santos Jaya Abadi sebagai perusahaan resmi. Meski kemudian terjadi pecah kongsi dan bagi-bagi aset perusahaan harus dibagi dan Go Soe Loet sendiri mendapatkan pabrik penggorengan kopi.
Hingga akhirnya Kopi Bubuk Hap Hoo Tjan mengalami penurunan omzet dan akhirnya gulung tikar. Namun Go Soe Loet tetap melanjutkan penggorengan kopi dibantu oleh kelima anaknya, Indra Boediono, Soedomo Mergonoto, Singgih Gunawan, Lenny Setyawati, dan Wiwik Sundari. Kemudian Indra dan Soedomo ditunjuk untuk menjalankan bisnisnya.
Demi menyelamatkan keberlangsungan usaha keluarganya, Soedomo memproduksi kopi baru yang bernama Kapal Api. Pada 1980, strategi pemasaran agresif pun dilakukan dengan cara memasang iklan di TVRI dengan menggandeng komedian Srimulat, Paimo. Iklan tersebut membuat Kopi Kapal Api cepat dikenal serta meningkatkan penjualannya secara signifikan.
Memasuki pertengahan 1980-an, Kopi Kapal Api mulai menembus pasar internasional. Tahun 1985 menjadi tonggak awal ekspansi dengan mengekspor produk ke Arab Saudi, disusul Hong Kong (1987), Malaysia, dan Taiwan. Kesuksesan Kopi Kapal Api mendorong Soedomo memperluas jaringan bisnis. Pada 1986, ia mendirikan PT Sulotco Jaya Abadi yang memproduksi Kopi Kalosi Toraja.
Di era tahun 1990-an, Soedomo kembali mengekspansi usaha dengan mendirikan PT Excelso Multirasa (1991) pengelola kedai kopi Excelso, gerai pertama dibuka di Plaza Indonesia. PT Agel Langgeng (1991) sebagai produsen permen Relaxa, serta PT Fastrata Buana perusahaan distribusi produk consumer goods, serta PT Santos Jaya Abadi, yang memproduksi berbagai merk seperti Kopi Good Day, Excelso, Kopi Ya, ABC, Fresco, Kopi Kapten, dan Kopi Santos. Perusahaan juga memproduksi permen Espresso Candy, Gingerbon, Bontea Green, sereal Ceremix, hingga biskuit Delby’s Kopyor dan Oatbits.
Hingga saat ini, produk Kopi Kapal Api telah tersebar di 68 negara. Situs resmi perusahaan mencatat bahwa mereka telah memiliki lebih dari 14.000 karyawan, dan pada 2018 sukses mengekspor 54 kontainer produk kopi instan Good Day. Melalui konsistensi dalam menjaga kualitas, rasa khas racikan turun-temurun, serta strategi pemasaran yang jeli menjadi kunci Kopi Kapal Api tetap diminati masyarakat Indonesia hingga kini. Dari usaha kecil di pelabuhan Surabaya, Kapal Api kini bertransformasi menjadi salah satu raksasa industri kopi nasional yang mendunia.

