Wisata Petik Melon Jepang di Cisauk
Jagad Tani - Akaruku Hydrofarm terus memperluas produksi dan wisata petik buahnya melalui pengembangan berbagai varietas melon premium. Hal ini disampaikan oleh Nurma Mulyana selaku Kepala Produksi Akaruku Hydrofarm yang membawahi lima kebun di berbagai lokasi, termasuk kebun wisata petik melon yang ada di Cisauk.
Menurut Nurma, kebun di Cisauk memiliki konsep berbeda dibandingkan lokasi lainnya yang fokus pada produksi untuk supermarket.
Baca juga: Indonesia Jajaki Peluang Kerjasama Pertanian dengan Rumania
“Yang di Cisauk ini konsepnya wisata petik melon, memang hanya di sini. Akaruku sebenarnya fokusnya di melon, ada beberapa jenis eksklusif yang kami tanam,” ujarnya saat ditemui oleh tim Jagad Tani Kamis pagi (11/12).
Akaruku menanam sejumlah varietas melon unggulan, terutama jenis Japanese Musk Melon seperti Asahi, Subarashi, dan Satoshi yang benihnya didatangkan langsung dari Jepang, dengan tingkat kemanisan rasa buah yang mencapai 15–16 brix, serta memiliki karakter rasa yang unik.
“Kalau Subarashi itu ada milky taste, ada rasa susunya, dan rasa daging buahnya lembut. sementara Satoshi dan Subarashi juga green fresh, daging buahnya hijau dan merupakan hasil persilangan dari melon premium Jepang. Kalau rasanya tidak bohong,” ungkapnya.
Karena kebun Cisauk berkonsep wisata petik buah, maka varietas yang ditanam pun menyesuaikan minat para pengunjung.
“Kita tanam yang orang suka, bukan yang kita mau,” tambahnya.
Di Cisauk terdapat lima greenhouse, masing-masing berisi sekitar 600 tanaman dengan hasil panen rata-rata 900 kg tiap dua minggu. Akaruku memastikan stok melon selalu tersedia, baik yang masih di kebun maupun pasokan dari lokasi lain. Untuk harga melon, berada di kisaran Rp 55.000–65.000 per kilogram, dengan ukuran buah rata-rata mencapai 1,3–1,8 kg.
Ke depan Akaruku berencana untuk menambah lokasi kebun guna memperkuat suplai ke supermarket, sekaligus membangun area wisata baru di luar dari Tangerang dan tengah serius mengembangkan penanaman Jagung Hokkaido yang dikenal memiliki rasa yang sangat manis dan bahkan lebih enak dimakan mentahnya, yang akan dibangun di atas lahan yang berukuran sekitar 2,5 hektare di Serang.
“Kenapa Jagung Hokkaido? Karena profitnya bagus dan masih segmented. Memang pasarnya kecil, tapi kadang pasar yang kecil itu tidak diolah sama petani-petani lainnya,” tukas Nurma.

