• 16 December 2025

Harga Beras Turun, Deflasi Terjadi Beruntun

uploads/news/2025/12/harga-beras-turun-deflasi-32089c895613128.jpeg

Jagad Tani - Akhir semester kedua tahun 2025, komoditas beras mengalami deflasi (penurunan). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), beras pada konsumen mengalami deflasi beruntun sejak September hingga November dengan penurunan masing-masing 0,13 persen, 0,27 persen, dan 0,59 persen.

Terpantau hingga minggu pertama Desember 2025 harga kembali turun, beras medium turun 0,06 persen dan beras premium turun 0,15 persen dibanding November 2025.

Baca juga: 1.200 Ton Bantuan Beras Sumatra Sudah Disalurkan Pemerintah

“Alhamdulillah, kami lihat beras, kita beras karena ini penyumbang deflasi paling besar. Beras itu kita lihat terjadi deflasi, sudah 2-3 bulan terakhir terjadi deflasi. Dan itu tidak pernah terjadi, kita lihat 7 tahun terakhir tidak pernah terjadi, di bulan paceklik, Oktober, November, Desember, kita lihat tetapi harga stabil,” ungkap Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman. 

Melalui indeks harga yang diterima petani naik dari 136,78 pada Januari menjadi 144,59 pada November 2025 dan hingg September angka mencapai 146,28.

Kenaikan ini berjalan seiring dengan perkiraan produksi beras nasional yang mencapai 34,79 juta ton pada 2025. Tren penurunan harga beras ini berjalan bersamaan dengan peningkatan produksi di sejumlah wilayah, di Papua Selatan, luas panen mencapai 80.124 hektare pada 2025, meningkat 69,87% dibanding tahun 2024. 

Meski demikian, Amran menggambarkan tantangan distribusi beras di Papua masih membutuhkan upaya ekstra. Sebagai langkah jangka panjang, pemerintah terus memperkuat produksi beras lokal untuk memenuhi kebutuhan Papua. 

“Kami baru pulang dari Papua, karena Zona 3 itu Papua harga beras cukup tinggi, begitu kami ke lapangan, itu begitu berat medannya. Ada yang harus naik pesawat. Ada yang naik truk dan itu berhari-hari. Nah sekarang solusi permanen di seluruh Papua, Papua Selatan, Papua Tengah, Papua Barat, Barat Daya, diskusi solusi permanen adalah kebutuhan beras di Papua 660 ribu ton. Kita penuhi baru 120 ribu ton, kita masih butuh 500 ribu ton dan itu membutuhkan 100 ribu hektare. Insya Allah 2026 dan 2027 kita beresin,” jelasnya.

Diversifikasi (strategi penganekaragaman) pangan daerah turut menjadi sorotan, bahkan komoditas umbi-umbian termasuk yang akan ditingkatkan produksinya.

“Artinya apa? Papua, solusi permanen adalah memproduksi beras dan bukan saja beras, juga umbi-umbian yang juga diminta oleh saudara-saudara kita di sana. Jadi beras insya Allah 2 tahun kita selesaikan. Insya Allah selesai mandiri pangan,” tukasnya.

 

Related News