Awas! Virus Baru Berpotensi Pandemi
“Saat ini perhatian kami teralihkan oleh virus corona dan memang patut demikian. Namun kami tidak boleh kehilangan fokus pada virus-virus baru yang berpotensi membahayakan.”
JAKARTA - Belum usai wabah virus corona atau COVID-19 yang merebak ke seluruh dunia, kini kabar yang tak diharapkan datang kembali dari Cina.
Melansir informasi dari BBC, virus flu baru berpotensi menjadi pandemi dan telah diidentifikasi oleh sejumlah ilmuwan di Cina.
Virus itu mengemuka baru-baru ini dan dibawa oleh babi, namun dapat menjangkiti manusia.
Baca juga: Kebangkitan Vietnam dari Virus ASF
Menurut jurnal penelitian Amerika Serikat, PNAS (Proceedings of the National Academy of Sciences) yang diterbitkan Senin (29/6), secara genetik, merupakan turunan dari flu babi A/H1N1pdm09 yang sempat menjadi pandemi pada 2009 silam.
Namun, ada sejumlah perubahan baru pada flu yang disebut G4 EA H1N1 ini.
Dikutip dari American Family Physician (AFP), menurut para ilmuwan, flu ini dapat tumbuh dan berkembang biak di sel-sel yang melapisi saluran udara manusia.
Ilmuwan di universitas Cina dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Cina (CDC) dalam jurnal tersebut mengatakan, Flu G4 EA H1N1 ini memiliki semua ciri penting untuk beradaptasi dan menginfeksi manusia.
Para peneliti khawatir virus itu bisa bermutasi lebih jauh, sehingga bisa menular dengan mudah dari satu orang ke orang lain dan memicu wabah penyakit sedunia.
Meski temuan ini bukan masalah darurat, menurut para ilmuwan, virus tersebut punya "semua tanda" untuk menular ke manusia, sehingga perlu diawasi ketat.
Ancaman Munculnya Pandemi Baru
Menurut para peneliti flu G4 kemungkinan bersifat sangat menular.
Virus baru ini dapat menyebabkan wabah dan merupakan ancaman teratas yang dipantau oleh para ahli, bahkan ketika seluruh dunia sedang mencoba mengakhiri pandemi COVID-19.
Dari 2011 hingga 2018, para peneliti tersebut mengambil 30.000 sampel usap hidung babi dari berbagai rumah jagal dan rumah sakit hewan yang tersebar di 10 provinsi di Cina.
Dari sini, peneliti mengisolasi setidaknya 179 virus flu babi.
Mayoritas virus flu yang ditemukan merupakan jenis baru yang dominan ditemukan pada babi sejak 2016 lalu.
Para peneliti kemudian melakukan berbagai percobaan termasuk pada ferret, yakni hewan mirip musang tetapi berbeda keluarga.
Hewan ini banyak digunakan dalam studi flu, karena mereka dapat mengalami gejala yang mirip dengan manusia, terutama demam, batuk, dan bersin.
Virus ini bereplikasi dalam sel manusia, dan menyebabkan gejala yang lebih serius pada musang daripada virus lain.
Tes juga menunjukkan, kekebalan yang didapat manusia dari paparan flu musiman tidak memberikan perlindungan dari flu terbaru ini.
Menurut tes darah yang menunjukkan antibodi yang diciptakan oleh paparan virus, sekitar 10,4% pekerja di rumah pemotongan hewan dan industri babi di negara itu dikabarkan sudah terinfeksi.
Vaksin flu saat ini juga tampaknya disebut tak dapat melindungi mereka yang sudah terpapar virus baru ini, sehingga mendesak untuk memantau para pekerja yang bekerja di industri itu.
Sejauh ini, virus tersebut belum menimbulkan ancaman besar, namun menurut Prof. Kin-Chow Chang dan para koleganya yang tengah menelitinya, virus itu patut diawasi.
Baca juga: Cegah Demam Babi Afrika
Berbagai vaksin flu yang tersedia saat ini tampaknya tidak bisa melindungi manusia dari virus tersebut, meski pun dapat diadaptasi untuk melawannya jika diperlukan.
Untuk sekadar memastikan masyarakat terlindungi dari virus yang disebut A/H1N1pdm09 ini, masyarakat bisa lawan dengan memberikan vaksin flu tahunan agar tetap terlindungi.
"Saat ini perhatian kami teralihkan oleh virus corona dan memang patut demikian. Namun kami tidak boleh kehilangan fokus pada virus-virus baru yang berpotensi membahayakan," kata Prof. Kin-Chow Chang yang bekerja di Universitas Nottingham, Inggris.