Emas di Balik Rumput Kolonjono
“Penyebab tumbuh subur, biasanya karena percikan pupuk yang tidak sengaja saat memberi pupuk pada tanaman tani utama.”
MALANG - Rumput yang tumbuh di lahan pertanian, biasanya menjadi gulma atau tanaman pengganggu yang merusak tanaman utama.
Tapi di Kabupaten Malang, khususnya di daerah pertanian maupun peternakan, rumput kolonjono atau rumput gajah memiliki nilai tersendiri.
Rumput kolonjono biasanya tumbuh subur dan liar memagari tanaman tani utama, seperti bawang merah atau tumpang sari.
Baca juga: Rumput Resam, Musuh jadi Teman
“Penyebab tumbuh subur, biasanya karena percikan pupuk yang tidak sengaja saat memberi pupuk pada tanaman tani utama,” kata Edy (39) petani asal Malang.
Pertumbuhan rumput kolonjono yang tidak sengaja ini, ternyata memberi tambahan penghasilan bagi petani atau pemilik lahan.
Rumput ini banyak dicari oleh pemilik ternak sapi perah sebagai pakan utama.
Pemilik rumput kolonjono dapat dengan mudah menyetor ikatan-ikatan rumput kepada pengepul yang mudah ditemui di sepanjang Jalan Raya Batu-Kasembon.
Biasanya para petani menjual per ikatnya Rp20.000-25.000 dengan berat kurang lebih 9-10 kilogram.
Kemudian pengepul menjual kembali secara borongan.
Jika ada pembeli sebanyak satu mobil bak terbuka, sering dihargai sekitar Rp500.000.
Kadang juga ada pembeli dengan menggunakan truk lebih besar dengan harga sesuai kesepakatan.
Baca juga: Rumput Odot Penghasil Uang
Jika musim kering, rumput kolonjono sengaja diberi pupuk urea supaya tetap tumbuh dengan kualitas bagus dan bisa disetor.
Jenis rumput ini, bisa panen sekali setiap bulan dalam jumlah puluhan hingga ratusan ikat.
Itu sebabnya mengapa bisa menjadi tambahan penghasilan bagi petani.
“Lumayan, untuk nambahi keperluan di rumah,” tutup Edi sembari menyusun ikatan rumput kolonjononya yang masih segar dari sawah.