Risiko Tinggi Ekspor Ternak Hidup
“Sapi-sapi itu tidak semestinya berada di tengah lautan.”
JAKARTA - Organisasi hak hewan Selandia Baru, SAFE, baru-baru ini mengecam kebijakan pemerintah Selandia Baru yang mengekspor hampir 6.000 ekor sapi ke China.
Pasalnya, baru-baru ini terjadi bencana yang menunjukkan risiko tinggi dari perdagangan hewan hidup.
Baca juga: Merawat Sapi dengan Benar
“Sapi-sapi itu tidak semestinya berada di tengah lautan. Ini merupakan krisis yang nyata dan duka cita kami untuk keluarga dari 43 kru kapal yang hilang. Namun masih ada pertanyaan, termasuk soal mengapa perdagangan ini diizinkan berlanjut,” ujar manajer kampanye SAFE, Marianne Macdonald, melansir ANTARA dari Reuters.
Pada Kamis (3/9) lalu, sebanyak 42 kru kapal pengangkut ternak, Gulf Livestock 1, dilaporkan hilang setelah berangkat dari Selandia Baru menuju Cina di perairan Jepang, wilayah Laut Cina Timur, akibat badai yang terjadi pada hari sebelumnya.
Saat itu, Gulf Livestock 1 mengangkut hampir 6.000 ekor sapi, dengan 43 kru yang terdiri dari 39 warga Filipina, dua warga Selandia Baru, dan dua warga Australia.
Namun, sejauh ini baru satu kru yang telah ditemukan dan diselamatkan sejauh ini.
Menurut juru bicara penjaga pesisir pantai Jepang, dari keterangan salah satu awak kru Gulf Livestock 1, Edvarodo menyebut, ketika itu kapal mengalami mati mesin sebelum menghantam ombak dan kemudian terjungkal.
Ketika kapal terbalik, para kru diinstruksikan untuk memakai baju pelampung.
Eduardo menyebut, dirinya lompat ke laut dan tidak melihat kru lain, hingga akhirnya ia berhasil diselamatkan.
Di sisi lain, Pemerintah Filipina mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan otoritas penjagaan pesisir Jepang untuk melakukan pencarian dan penyelamatan para kru yang masih hilang.
Sementara itu, pejabat Kementerian Luar Negeri Selandia Baru memberikan keternagan, Gulf Livestock 1 berangkat dari Napier pada 14 Agustus dengan mengangkut sejumlah 5.867 ekor sapi menuju Pelabuhan Jingtang di Tangshan, Cina.
Perjalanan kapal sendiri diperkirakan memakan waktu sekitar 17 hari.
Kapal setinggi 139 meter berbendara Panama itu dibuat pada 2002 dan terdaftar atas nama Rahmeh Compania Naviera, perusahaan yang berbasis di Amman, Yordania dan manajer Hijazi & Ghosheh.
Namun, belum ada keterangan resmi dari kedua pihak tersebut.
Baca juga: Alasan Daging Sapi Australia Berkualitas
Sementara itu, sapi-sapi ternak yang diangkut Gulf Livestock 1 diekspor oleh Australasian Global Exports (AGE), perusahaan yang berpusat di Australia dan merupakan spesialis eksportir hewan hidup, serta memiliki karantina hewan di Cina.
Menurut salah satu manajer Beijing Muhuayuan International Trade, anak perusahaan AGE, satu ekor sapi muda tersebut dihargai sekitar 20.000 yuan Cina atau sekitar Rp43.000.000.