Ini Alasan Harga Telur Anjlok
"Sekarang harga telur Rp 17.500 untuk wilayah Bogor. Harga paling rendah mencapai Rp 16.300 – Rp 16.500 untuk daerah Jakarta,”
JAKARTA - Telur merupakan salah satu sumber makanan yang kaya akan protein. Masyarakat mudah sekali untuk membeli dan menjangkau telur, bisa ditemui agen, di pasar tradisional maupun pasar modern. Tak dipungkiri, bahkan produk hewani ini seringkali digunakan sebagai bahan pelengkap makanan atau diolah menjadi beragam hidangan gurih yang menggugah selera.
Sayangnya, baru-baru ini harga telur dikatakan semakin menurun. Hal ini juga dikonfirmasi oleh para peternak telur ayam layer yang mengaku harga telur anjlok dalam beberapa bulan terakhir ini.
“Iya, sekarang harga telur Rp 17.500 untuk wilayah Bogor. Harga paling rendah mencapai Rp 16.300 – Rp 16.500 untuk daerah Jakarta,” tegas Rizal, salah satu peternak ayam layer asal Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, saat di wawancarai reporter Jagadtani.Id melalui sambungan telepon.
Baca juga : Kenali Telur Ayam yang Sehat
Meski demikian, untuk menyikapi harga telur yang rendah disertai dengan harga produksi yang cukup tinggi ini, Rizal mengaku tetap mempertahankan produksi telur.
“Sekarang kami pertahankan produksi saja. Alhamdulillah produksi masih kisaran 90 persen dari 8000 ekor ayam yang ada di kandang,” katanya.
Rizal mengungkap, penyebab anjloknya harga telur ayam akibat meningkatnya harga pakan yang membuat para peternak ayam layer dua kali lipat harus menanggung beban harga, sedangkan harga penjualan telur telur tidak diimbangi. Dengan demikian, biaya produksi bagi peternak juga semakin tinggi sedangkan di pasaran, minat masyarakat untuk pembelian telur sedang menurun.
“Penyebabnya, pemerintah itu sekarang sedang pakai jagung lokal. Jadi harga pakan menjadi mahal. Dan harga pakan ini sudah 6 kali naik dalam 6 bulan terakhir. Lalu, dengan harga pakan yang naik ini, harga telur tidak diimbangi,” ungkap ayah empat anak itu.
Baca juga : Rahasia Agar Ayam Tetap Sehat
Padahal, penggunaan jagung memberikan konstribusi sekitar 50 persen terhadap Harga Pokok Penjualan (HPP) Pakan per kilogramnya. Bila tidak segera ditangani, nantinya akan berdampak buruk di masa depan ditandai dengan masyarakat akan krisis pangan dari sisi komoditi telur ayam.
“Melalui keadaan ini, peternak harus inisiatif atau mampu mencari solusi dalam hal penjualan. Kalau saya sendiri masih bisa jual di harga Rp 19.000 karena memang sudah memiliki langganan dan langsung beli 1-2 peti setiap langganan. Atau saya jual ke agen masih di harga Rp 18.700 an,” tutupnya.
Baca juga : Inovasi Ternak Ayam di Empang