• 22 November 2024

Sejarah Ragunan, Kebun Binatang Terluas se-Asia

"saat ini ragunan sendiri mempunyai luas 147 hektar dan kita peringkat nomor satu terluas se-Asia"

Bagi Sahabat Tani pencinta hewan pasti pernah dong ke Ragunan? Sudah tahu belum kalau ternyata awal Ragunan pertama kali didirikan oleh pelukis ternama loh, Sahabat Tani. Taman Margasatwa Ragunan (TMR) berdiri di atas lahan seluas 10 hektar di Jalan Cikini Raya No. 73 yang di hibahkan oleh Raden Saleh, pelukis ternama di Indonesia.

Bambang Wahyudi, Humas TMR akan menjelaskan khusus kepada Sahabat Tani sejarah panjang TMR. “Setelah Indonesia Merdeka, pada tahun 1949 namanya di ubah menjadi Kebun Binatang Cikini. Dengan perkembangan Jakarta, Cikini menjadi tidak cocok lagi untuk peragaan satwa. Pada tahun 1964, pada masa Gubernur DCI Jakarta Dr. Soemarno, dibentuk Badan Persiapan Pelaksanaan Pembangunan Kebun Binatang untuk memindahkan dari Jl. Cikini Raya no 73 Ke Pasar Minggu Jakarta Selatan yang diketuai oleh Drh. T.H.E.W. Umboh., Pemerintah DKI Jakarta menghibahkan lahan seluas 30 hektar di Ragunan, Pasar Minggu. Jaraknya kira-kira 20 kilometer dari pusat kota. Kepindahan dari Kebun Binatang Cikini ke Ragunan membawa lebih dari 500 ekor satwa yang merupakan sisa koleksi terakhir dari Kebun Binatang Cikini,” jelasnya saat ditemui Jagad Tani di ruang kerjanya.

Baca juga: Kabar Gembira, Ragunan Kembali Dibuka

Setelah pindah lokasi di Pasar Minggu, Kebun Binatang Ragunan dibuka secara resmi pada 22 Juni 1966 oleh Gubernur DKI ( Daerah Khusus Ibukota ) Jakarta Mayor Jenderal Ali Sadikin dengan nama Taman Margasatwa Ragunan. Pada tahun 1974 Taman Margasatwa Ragunan dipimpin oleh Benjamin Galstaun direktur pertama waktu itu.

“Nah pada saat di Cikini itu luasnya kan 10 hektar pindah ke Ragunan menjadi 30 hektar karena sebenarnya target bapak Ali Sadikin itu 200 hektar tapi karena proyeksinya harus dibagi oleh taman anggrek, GOR, sampai ke Kementerian Pertanian. Jadi saat ini ragunan sendiri mempunyai luas 147 hektar dan kita peringkat nomor satu terluas se-Asia,” jelas Bambang.

Seiring berjalannya waktu, Bambang menyampaikan dari kurang lebih 500 satwa yang ada bertambah saat ini menjadi kurang lebih 2200 hewan dan 200 spesies dan akan terus bertambah sesuai dengan perkembangbiakkan dan pertukaran hewan dengan kebun binatang lain.

Baca juga: 5 Hewan Indonesia Terancam Punah

“Satwa disini terus bertambah karena kan dia berkembangbiak ya seperti misalnya awalnya kita punya sepasang gajah dan mereka berkembangbiak lama-lama jadi 16 ekor, begitu juga dengan hewan lain karena bagaimana pun semua hewan disini harus berkembangbiak karena kalau tidak bagaimana caranya kita menukarnya dengan kebun binatang lain,” tutur pria yang juga pernah menjadi keeper hewan itu.

Bambang juga mengatakan di TMR sendiri upaya untuk penambahan satwa bukan dari jual beli melainkan dari sistem tukar pinjam dengan kebun binatang se-Asia, seperti Singapura, Hongkong, Thailand, Hungaria, Autralia, dan lain-lain.

“Disini tidak ada yang namanya perjual belian hewan adanya tukar pinjam atau animal exchange. Contohnya waktu itu jerapah kita mati satu dan di waktu yang sama kita memang mempunyai cukup banyak harimau sumatera akhirnya kita pinjamkan sepasang harimau sumatera dan ditukar oleh sepasang jerapah jadi sistemnya tukar pinjam. Kenapa tukar pinjam? Karena sebenarnya kalau hewan endemik itu tidak boleh di kasih tapi dipinjamkan saja,” tutupnya.

Baca juga: Ini Alasan Satwa Liar Bisa Mengamuk

Related News