“Elang jawa itu populasinya sedikit karena banyak diburu dan dia itu berkembang biaknya susah. Kemudian dia juga habitat tempat tinggalnya harus di gunung untuk bisa bertahan hidup”
Sahabat Tani tentu tak asing dengan burung garuda yang menjadi lambang negara Indonesia, bukan? Nah ternyata, lambang ini terinspirasi dari burung Elang Jawa yang merupakan salah satu spesies endemik yang hanya bisa ditemukan di Pulau Jawa.
Pada masa perjuangan terdahulu, burung ini banyak dijumpai pada hutan-hutan di kawasan Pulau Jawa. Namun, seiring pembangunan pesat yang terbentuk di Pulau Jawa, kini spesies endemik itu terancam punah. Banyak pemburu liar yang tak bertanggung jawab menculik anak Elang Jawa yang masih kecil dan belum bisa terbang dari sangkarnya.
Tidak hanya itu, kawasan hutan yang kian menyempit dan sifat biologis hewan yang hanya bertelur dua tahun sekali ini juga memicu kelambatan perkembangbiakan Elang jawa. Kunnadi Harianto, salah satu pencinta hewan dan pemilik Raden Farm mengatakan saat ini populasi elang jawa kian langka bahkan sulit untuk ditemukan.
“Elang jawa itu populasinya sedikit karena banyak diburu dan dia itu berkembang biaknya susah. Kemudian dia juga habitat tempat tinggalnya harus di gunung untuk bisa bertahan hidup,” ungkapnya kepada Jagad Tani saat ditemui di di jalan raya Serpong No.km 88, Pakulonan, Kecamatan Serpong Utara, Kota Tangerang Selatan, Banten.
Baca juga: Asal Usul Sarang Burung Walet
Populasi Elang Jawa tidak bisa berkembang cepat karena burung itu merupakan tipe burung monogami yang hanya kawin dengan satu pasangan seumur hidupnya. Kebanyakan penelurannya terjadi pada paruh pertama tahun, yaitu mulai dari Januari sampai Juli.
Secara fisik, elang jawa memiliki ciri khas berupa jambul di atas kepalanya dan panjang jambulnya bisa mencapai 12 sentimeter. Selain itu, sebagai spesies berukuran sedang, Elang Jawa memiliki tubuh dengan panjang 56-70 sentimeter dan memiliki rentang sayap selebar 110-130 sentimeter. Burung yang memiliki nama ilmiah Spizaetus Bartelsi itu secara sekilas mirip dengan Elang Brontok baik dari suaranya maupun ketika ia terbang. Namun Elang Jawa memiliki warna yang lebih kecokelatan.
Dahulu, Elang Jawa dapat ditemukan di hampir seluruh hutan-hutan lereng gunung yang ada di Pulau Jawa. Kata pria yang akrab dipanggil Kun itu, sekarang burung tersebut sangat dilindungi dan tidak boleh dipelihara secara individu. “Habitat asli burung elang jawa itu di gunung salak,” ungkapnya.
Namun, selain daerah lereng gunung, habitat burung ini aslinya berada di wilayah hutan primer dan daerah peralihan antara dataran rendah dan pegunungan. Ia juga sering bertengger di pohon-pohon yang tinggi. Selain memangsa burung-burung kecil seperti Puai dan Walik, burung ini juga memangsa mamalia kecil seperti tupai, musang, bahkan anak monyet. “Sekarang ada undang-undangnya yang melindungi elang jawa. Tidak boleh asal pelihara,” tutupnya.
Baca juga: 5 Hewan Indonesia Terancam Punah