• 23 April 2024

Menilik Potensi Tembakau Jawa Tengah

uploads/news/2021/12/menilik-potensi-tembakau-jawa-393421af05f7c26.jpg

“Dulu kan kita terkenalnya tembakau ekspor yang di lelang di Bremen, Jerman. Tapi sejak tahun 1950-an lah, itu mulai ada pabrik yang memproduksi cigarette kretek. Itu kan tembakau produk asli Indonesia tuh, rokok asli Indonesia”

Indonesia diberkahi dengan kekayaan alamnya yang subur. Tanahnya gembur, bahkan banyak jenis tanaman yang mampu bertahan hidup meski bukan tanaman asli Indonesia, sebut saja salah satunya tanaman tembakau.

Tanaman dengan nama latin nicotiana tabacum, tercatat dalam sejarah berasal dari Amerika Selatan atau Amerika Utara. Secara etimologi, istilah tembakau sendiri berasal dari bahasa Spayol, “tabaco”. Di Eropa, mengonsumsi tembakau telah menjadi gaya hidup yang kemudian tembakau dibawa masuk ke Indonesia oleh para kolonialisme Barat, setidaknya di awal abad ke-17.

Setelah tanaman ini masuk ke Indonesia, pada akhirnya tembakau menjadi tanaman budidaya dan mata pencaharian nusantara sejak ratusan tahun lalu. Termasuk salah satunya bagi masyarakat di daerah Jawa Tengah.

Baca juga: Harga Tembakau Merosot, Cukai Rokok Naik

Menariknya, muncul produk tembakau khas Indonesia, yaitu kretek. Bagaimanapun, kretek menjadi produk khas dan asli Indonesia yang secara spesifik berbeda dari rokok pada umumnya. Kretek bukan hanya perpaduan dari beragam tembakau yang diracik menjadi satu, namun sekaligus juga diramu dengan cengkeh dan bahan rempah lainnya. Karekteristik cita rasa kretek yang khas benar-benar merajai pasar nasional.

“Kalau untuk tembakau yang rokok kretek, itu sebenarnya belum terlalu lama. Dulu kan kita terkenalnya tembakau ekspor yang di lelang di Bremen, Jerman. Tapi sejak tahun 1950-an lah, itu mulai ada pabrik yang memproduksi cigarette kretek. Itu kan tembakau produk asli Indonesia tuh, rokok asli Indonesia. Itu sekitar tahun 1950 itu baru mulai pada muncul,” ungkap Mardi W.R, pengepul tembakau dari Muntilan, Jawa Tengah.

Demikian terkenalnya komoditas tembakau Indonesia di dunia, sejak 1959 Indonesia juga telah menjalin kerja sama perdagangan dengan pasar lelang tembakau Bremen di Jerman. Kerjasama perdagangan melalui mekanisme lelang dimulai sejak 1961.

Dahulu, di Jawa Tengah sendiri tercatat masa kejayaan tembakau pada 1991, 1997, 1999, 2000, 2009, 2011, dan 2015. Di tahun 2011 sempat mengalami kenaikan harga tembakau yang sangat tinggi dengan kualitas yang bagus. Ketika itu grade G bisa dihargai Rp500 ribu per kilogram. Grade di atasnya jauh lebih mahal.

Di tahun 2009, petani tembakau mulai menghadapi berbagai macam masalah dan regulasi seperti tekanan aktivis antirokok juga semakin kencang. Kemudian pada 2012 muncul Peraturan Pemerintah Nomor 109 yang memasukkan tembakau dalam kategori zat adiktif. Selanjutnya muncul peraturan tentang kawasan tanpa asap rokok.

“Padahal, tembakau ini jadi komoditas yang penting di Jawa Tengah, karena Jawa Tengah kan luas lahan pertanian tembakaunya cukup luas dan pabrik rokok membutuhkan suplai tembakau yang di daerah Jawa Tengah. Jadi begitu panen bagus, pasti multiplayer effect nya besar. Maksudnya, semua yang terlibat bisa mendapat manfaat dari bisnis tembakau dari mulai petani, pengepul sampai industry rokok itu sendiri,” ucapnya kepada Jagad Tani.

Baca juga: Srinthil, Sang Primadona Tembakau

Sementara itu, Mardi mengungkap beberapa daerah di Jawa Tengah sangat berpotensi untuk menghasilkan tanaman tembakau yang berkualitas.

“Di Jawa Tengah sendiri, daerah penghasil tembakau terbanyak itu terutama di Temanggung yang gunung. Pokoknya yang gunung seperti Sumbing, Sindoro, Merapi, Merbabu yang daerah gunung itu banyak. Kalau untuk daerah sawah yang bawah, daerah sekitar Mutilan, Magelang,” tutur bapak tiga anak itu.

Saking melekatnya tembakau bagi nusantara, sejak dulu telah muncul beberapa adat istiadat mengenai tembakau yang masih dipercaya oleh masyarakat hingga saat ini. Di Sumbing-Sidoro-Prau, misalnya, di sana dikenal ritual among tebal. Among tebal ini merupakan upacara menjelang penanaman bibit hari pertama. Tanaman inilah yang dipercayai warga di lereng Sumbing-Sindoro-Prau sebagai bibit tembakau pertama yang ditanam di daerah mereka.

Selain itu, masih banyak lagi masyarakat yang menyakini tembakau sebagai adat istiadat dari luar Jawa Tengah seperti masyarakat Madura, Sunda Wiwitan Ciptagelar, Bayan (Wetu Telu), dan lain-lain.

Baca juga: Senja Petani Tembakau Temanggung

Related News