Aroma Kampung Jahe di Tangerang
Di sudut Kota Tangerang, terdapat pemukiman padat penduduk yang banyak ditanam tanaman jahe merah hingga dijuluki “Kampung Jahe.”
TANGERANG - Di satu kawasan pemukiman, seluruh rumah terlihat menanam rempah jenis jahe merah. Pemandangan ini akan ditemui jika berkunjung ke RW 07, Kelurahan Bugel, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang, Banten. Kelompok Wanita Tani (KWT) Kenanga berinisiatif untuk menggalakkan menanam jahe di tiap rumah. Karena banyaknya tanaman jahe, RW 07 pun mendapat sebutan sebagai Kampung Jahe. Kemampuan KWT Kelurahan Bugel dalam menanam jahe, tak lepas dari pelatihan pengelolahan jahe instan di Institut Pertanian Bogor (IPB). Menurut Hanifah (51), setelah ikut pelatihan tersebut, ia mengajak warga di Kelurahan Bugel RW 007.
“Awalnya mengalir begitu saja, waktu itu saya ikut pelatihan di IPB tentang pelatihan jahe instan akhirnya saya praktikan lah ke warga dan warga tertarik,” kata Hanifah yang juga anggota KWT Kenanga, saat ditemui Jagadtani.id di rumahnya, Senin (13/1).
Baca juga: Mengenal Mikro Green House
Selain menanam jahe, Hanifah yang juga ibu rumah tangga, selama lima tahun belakangan ini sukses memproduksi hasil olahan jahe mulai dari jahe bubuk instant, permen jahe, kue jahe, dan sirup jahe, baik itu berupa botol maupun sachet. Olahan jahe yang ia produksi sendiri sejak 2015 di rumahnya bersama lima pegawainya ini juga sudah dipasarkan ke seluruh negeri, bahkan produknya juga sampai ke mancanegara hingga ke Jepang.
“Ya awalnya dari anak saya, kan dia kuliah di Kobe University, saya membuat jahe instan, sirup jahe, permen jahe dan Alhamdulillah sudah dari 2015 sampai sekarang. Jadi kebetulan anak saya ada disana, dia tawarkan di market halal di sana. Kalau untuk harga di sana sih saya kurang tahu, karena mengikuti kurs yen di sana, kalau dari saya sendiri Rp25.000 isi 5 sachet,” ujar ibu anak tiga tersebut.
Baca juga: Berkenalan dengan Burung Unta
Namun untuk menciptakan dan menggerakkan kampung jahe tidaklah mudah. Dalam membina warga, dari delapan petani wanita hanya empat yang aktif mengurus kampung jahe yang baru berjalan setahun belakangan ini.
“Hambatannya ya satu mungkin lahan yang kurang terang jadi kurang terkena sinar matahari yang cukup. Terus hambatan yang kedua ya itu tadi, mengajak warganya agar semua kompak dan mau bercocoktanam walaupun sibuk bekerja,” tutupnya.