• 19 April 2025

Hadapi Penyakit Sapi Ngorok, Ini Langkah Mengatasinya

uploads/news/2025/04/hadapi-penyakit-sapi-ngorok--7212286db714cd7.jpeg

Jagadtani - Hewan ternak harus mendapatkan perawatan ekstra agar pertumbuhannya dapat terjaga, khususnya pada sapi. Berbagai penyakit hewan dapat menyerang sapi, seperti Haemorrhagic Septicaemia atau Septicaemia Epizootica (SE) atau di Indonesia dikenal  penyakit ngorok. Sumber penyebab sapi ngorok adalah bakteri Pasteurella multocida.

Pada akhir tahun 2024, cukup banyak sapi yang terkena penyakit ini. Bahlan dikabarkan ratusan kerbau dan sapi di Bengkulu terserang penyakit Ngorok (SE). Penyakit Ngorok atau SE adalah penyakit yang fatal dan akut sehingga berpotensi menyebabkan kematian mendadak, menyerang sapi dan kerbau dengan mortalitas dan morbiditas yang tinggi.

Sebagai langkah awal, Sahabat Tani harus mengenali penyakit ini. Awal timbulnya penyakit sapi ngorok dari bakteri yang menyerang saluran pernafasan, menyebakan sepsis dan gangguan penafasan sehingga menyebabkan bunyi ngorok.

Penyakit ini juga dapat menyerang sistem lain, bisa menimbulkan pendarahan seperti pada sistem pencernaan, bawah kulit, hingga saluran napas. Gejala biasanya dimulai dengan demam, lesu, edema subkutan, air liur berlebihan, lakrimasi, nasal discharge, diikuti oleh gangguan pernapasan, ngorok, shock septik dengan pendarahan luas.

Selain itu kebengkakan dan busung terlihat di kepala, bagian bawah dada dan kaki atau pangkal ekor. Lesi di kerongkongan mengakibatkan sesak nafas dan kesulitan menelan. Hewan yang terserang terlihat sangat tertekan dan murung. Fatalnya kematian bisa terjadi 1-3 hari setelah terlihat gejala.

Pengobatan antibiotik dapat efektif pada tahap awal, tapi karena tanda-tanda klinis akut biasanya sangat cepat, kematian terjadi hampir 100%.

Langkah Mengatasi penyakit sapi ngorok

Langkah pencegahan yang efektif dan efisien untuk SE adalah dengan memberikan vaksinasi pada sapi maupun kerbau. Di Indonesia dan beberapa negara tetangga telah banyak yang melakukan vaksinasi SE sebagai upaya pencegahan terjadinya wabah SE pada ternak.

Sejak tahun 1970-an pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian telah berhasil memproduksi vaksin dalam negeri untuk SE. Vaksin SE bahkan telah di ekspor ke Timor Leste. Vaksin SE buatan Balai Besar Veteriner Farma (BBVF) Pusvetma Surabaya ini direkomendasikan karena mempunyai keamanan 100% dan potensi 100%.

Menurut penelitian yang dilakukan Puspitasari dkk (2020), vaksin SE yang disimpan selama 2 tahun dengan penyimpanan yang baik yakni pada suhu 2-8 derajat celsius memiliki keamanan 100% dan protektifitas 90 – 95 %.

BBFV Pusvetma Surabaya telah mendistribusikan sebanyak 4.900 dosis vaksin Septivet sebagai kontribusi dalam  pemberantasan penyakit SE di Bengkulu.

Related News