Dukung Pertanian Lanjutan, BRIN Mitigasi Residu Pestisida
Jagadtani - Dalam pertanian modern, penggunaan pestisida memegang peranan dalam mengendalikan hama, penyakit, dan gulma yang dapat menyebabkan kehilangan hasil. Tentunya juga berperan dalam meningkatkan produktivitas pertanian dan memastikan keamanan pangan. Tetapi penggunaan pestisida dapat menimbulkan dampak negatif, yang menjadi tantangan serius terhadap tujuan pertanian berkelanjutan, yang menekankan kesehatan lingkungan dan kelangsungan ekonomi.
Oleh karena itu, untuk mengembangkan dan menerapkan strategi efektif dalam memitigasi residu pestisida dan meningkatkan intensitas pertanian global untuk memenuhi permintaan pangan yang terus meningkat, BRIN melalui Pusat Riset Hortikultura, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan menyelenggarakan Webinar HortiActive #16 dengan tema “Mitigasi Residu Pestisida untuk Mendukung Pertanian Berkelanjutan”, Kamis (22/05).
Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN, Puji Lestari mengatakan jika komoditas sayuran seperti bawang merah (Allium ascalanicum L) merupakan komoditas strategis penentu stabilitas ekonomi dimana produktivitas dan kualitasnya harus diperhatikan. Bawang merah umumnya dikonsumsi sebagai penambah cita rasa makanan yang mengandung gizi dan dimanfaatkan sebagai bahan farmakologi.

Residu pestisida pada hasil pertanian merupakan hambatan utama bagi pertanian berkelanjutan yang mengancam keamanan pangan yang memiliki potensi bahaya bagi kesehatan konsumen. Selain itu berdampak juga kepada pasar ekspor karena adanya ketidakpatuhan terhadap Batas Residu Maksimum (BMR) yang dapat mengakibatkan penolakan produk pertanian. Residu pestisida juga dapat menyebabkan kontaminasi tanah dan air, mengurangi keanekaragaman hayati dan merusak ekosistem serta berakibat kepada mata pencaharian dan pendapatan petani karena berkurangnya akses ke pasar premium dan meningkatnya ketergantungan pada input kimia yang mahal.
Oleh sebab itu mengatasi tantangan ini diperlukan pendekatan sistemik guna mengurangi residu pestisida sekaligus mempertahankan produktivitas tanaman. Dengan mengintegrasikan solusi berbasis sains dan langkah-langkah kebijakan, sektor pertanian dapat meminimalkan residu pestisida sekaligus menjaga produktivitas dan kesehatan lingkungan.
Langkah komprehensif pengendalian diperlukan untuk meminimalkan dampak negatif penggunaan pestisida yang berlebihan agar tidak meninggalkan residu pestisida di lingkungan pertanian. Upaya yang dapat dilakukan antara lain pengendalian residu dengan meminimalkan penggunaan pestisida kimia melalui implementasi pengelolaan hama terpadu (PHT), penggunaan pestisida sesuai rekomendasi dan 6 tepat (tepat jumlah, jenis, waktu, tempat, mutu dan harga), penegakan regulasi melalui pengawasan dan upaya remediasi dan diperlukan peran pemerintah/swasta dalam edukasi petani untuk penggunaan pestisida secara bijaksana,” imbuh Puji
Dengan adanya webinar kali ini, Puji berharap informasi tentang residu pestisida di tanah, air, tanaman, daerah petani dan penilaian risiko di lahan sayuran serta teknologi remediasinya dapat tersebar luas. Selain itu dapat terjadi interaksi antara periset BRIN dengan periset dari lembaga riset lain dan pengguna teknologi yang berlanjut pada adanya inisiasi kegiatan kerjasama baik untuk pengembangan teknologi maupun penelitian lanjutan yang lebih mendalam dengan pola berkolaborasi serta terjadi umpan balik dari peserta guna pemanfaatan dan perbaikan teknologi yang sudah dihasilkan.
Sementara itu, Kepala Pusat Riset Hortikultura, ORPP BRIN, Dwinita Wikan Utami menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada para narasumber yang telah berkenan berbagi waktu, ilmu dan pengalamannya. “Penggunaan pestisida secara teknis tentunya dapat berdampak jangka panjang terhadap kesehatan lingkungan dan keberlanjutan pertanian oleh karena itu melalui webinar ini saya berharap dapat memperkuat sinergi antar pemangku kepentingan dalam menerapkan praktik pertanian yang lebih aman berkelanjutan yang berbasis pada bukti ilmiah,”, Kata Dwinita
Dalam webinar tersebut hadir narasumber yang kompeten di bidangnya salah satunya adalah Luis Camacho, Rugalatory Science and Stewardship Expert dalam paparannya yang berjudul “Crop Protection Stewardship: Advancing Sustainable Use of Crop Protection Products” mengatakan bahwa Crop Protection stewardship Bayer fokus pada tiga hal yaitu produk, servis kualitas sesuai dengan regulasi yang ada dan bagaimana meminimalisir risiko.
“Kerangka dari Crop Protection Stewardship dari Bayer itu sendiri adalah sebuah bisnis yang sukses tetapi produknya tetap aman bagi manusia dan lingkungan yang selaras dengan international code of conduct dalam manajemen pestisida serta sejalan dengan sustainable development goals,” kata Luis
Luis menambahkan jika proyek yang berkesesuaian dengan hal tersebut antara lain adalah implementasi penggunaan pestisida yang bertanggung jawab seperti yang dilakukan oleh pengujian pestisida mulai monitoring batas maksimum residu pestisida pada produk, monitoring dari kualitas produk, dan bagaimana implementasi dalam menurunkan risiko untuk kesehatan dan lingkungan seperti adanya pelatihan penggunaan pestisida secara aman, manajemen screening pestisida dengan bahaya yang tinggi sampai pembentukan duta keamanan produk serta implementasi manajemen kemasan bekas.
Adapun aksi Stewardship-nya antara lain melakukan dukungan terhadap petani dalam pelaksanaan dan pengelolaan hama terpadu IPM termasuk pengelolaan resistensi, kemudian mendorong petani untuk mengolah lahan dan hama penyakit secara strategis, bimtek penggunaan pestisida yang aman dan program duta penggunaan pestisida secara aman.
Di Indonesia sendiri ada beberapa program dari Bayer antara lain better life farming yang bertujuan untuk meningkatkan akses petani terhadap teknologi pertanian, dan pelatihan good agriculture practice, kemudian peningkatan kemampuan dan pengetahuan petani perempuan khususnya dan peningkatan pengetahuan tentang kesehatan petani perempuan.
Selanjutnya, ada juga pelatihan penggunaan teknologi atau otomatisasi dalam pestisida yang bertujuan untuk mengurangi risiko pestisida dan pelatihan aplikasi penggunaan pestisida secara profesional, digital stewardship dan manajemen kemasan bekas pestisida.