• 5 December 2025

Semai Peluang, Menjadi Potensi Panen Uang

uploads/news/2025/09/semai-peluang-menjadi-potensi-1551940af4e16dc.jpg

Jagad Tani - Ahmad Syaifudin atau akrab disapa Kang Gery ini awalnya merupakan seorang petani padi dan peternak ikan di Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang. Namun setelah ia melihat adanya potensi dan peluang ekonomi di pacar air atau kembang pihong akhirnya ia mulai menggeluti tanaman ini.

"Dulu di sekitar sini belum ada yang menanam kembang pihong, saya biasanya belanja ke Rawa Belong setiap kali musim ziarah. Selain bantuin belanja mertua, saya juga bantuin jualan di TPU, dan setelah itu saya melihat adanya peluang di pihong ini," ungkap Gery saat ditemui tim Jagad Tani.

Baca juga: Hentikan Gula Impor Agar Gula Lokal Terserap

Pada akhirnya Gery bukan hanya terjun menjadi petani kembang pihong saja, tapi juga terjun menjadi penjual sekaligus suplier kembang pihong dari daerah Cisauk. Di tahun 2024, ia akhirnya mulai membuka toko bunga yang menyediakan kebutuhan akan pemesanan kembang pihong, karena permintaan pasar untuk kembang pihong akan selalu ada. 

"(Dengan peluang pasar yang masih cukup terbuka) Pihong ini bisa menjadi emas jika kita bisa memanfaatkannya dengan baik, namun akan menjadi sampah jika kita tidak tahu akan melemparkan pihong ini kemana, dan salah satu tujuan akhirnya kan harus dijual, maka kita buatkan juga toko," tukas Gery.

Adapun kebutuhan akan kembang pihong pada hari biasa, menurutnya, biasanya digunakan untuk tabur kembang ketika berziarah ataupun untuk pemakaman ketika ada yang meninggal. Sementara untuk pemesanan jumlah besar biasanya terjadi pada saat ada momen perayaan hari-hari besar keagamaan seperti Hari Natal, Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri, Imlek hingga Idul Adha. 

Saat momentum menjelang Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, harga untuk satu karung kembang pihong dari petani, menurutnya bisa mencapai Rp150.000/karung. Sementara harga jual ditingkat pedagang bisa mencapai Rp200.000-300.000/karung, dengan bobot karung masing-masing dikisaran 5-6 Kg, tergantung kondisi kembang pihong basah atau kering. 

Dengan lahan yang dimiliki seluas 2 hektar, setidaknya pada saat musim-musim tertentu ketika permintaan pihong sedang tinggi, hasil panen sebanyak 50-60 karung dari kebun dinilai masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhan pasar, sehingga untuk memenuhi permintaan pasar, pasokan itu akhirnya didatangkan juga dari mitra, petani maupun para pemasok dari wilayah lain.

"Artinya rezekinya kita muter, mulai dari petani, suplier, pengecer hingga penjual. Saling berbagi," terangnya saat ditemui di Gery Florist.

Iapun melanjutkan bahwa, misalkan ada yang ingin menjual kembang pihong di hari-hari biasa, ia akan tetap akan membeli kembang tersebut dengan beberapa kesepakatan atas dasar kepercayaan yang kontinyu dan berkelanjutan, sehingga ketika memasuki musim-musim pemesanan yang tinggi, mereka bisa saling mengisi kekosongan stok. 

Baca juga: Riset Global, Mikroplastik Ganggu Proses Fotosintesis Tumbuhan

Bahkan menurutnya, dengan saling mengisi kekosongan semuanya sama-sama akan saling diuntungkan, misalkan jika masih ada sisa kembang pihong yang belum laku dan layu dalam 3 hari di tokonya, akan diberikan lagi jika si penjual memintanya, meskipun sebelumnya sudah dibeli, karena bisa dimanfaatkan sebagai pupuk daripada dibuang.

"Misalkan kita belinya Rp15.000 dari petani untuk setengah ember, itu bisa kita jadikan 5 kantong. Kalau satu kantong dijual Rp10.000, misal dalam sehari cuma dua yang laku kita masih ada keuntungan. Kalau misal nanti ada yang minta lagi saat 3 hari masih belum laku, tidak apa-apa setidaknya masih bermanfaat untuk dijadikan pupuk," jelasnya. 

Melalui jalan usaha yang saling berbagi dan saling mengisi tersebut, serta perjuangannya dalam menghidupkan pertanian kembang pihong di lokasi tempat tinggalnya, akhirnya Gery oleh sebagian kalangan dianggap sebagai pionir kembang pihong di Cisauk.

Related News