• 5 December 2025

Fitoremediasi, Solusi Atasi Kontaminasi Radioaktif

uploads/news/2025/10/fitoremediasi-solusi-atasi-kontaminasi-18521299f171cd7.jpg

Jagad Tani - Setelah isu kontaminasi radioaktif pada bahan pangan mencuat, khususnya udang beku dan cengkeh yang menjadi sorotan publik, menyusul laporan dari Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat terkait temuan CS-137 pada produk impor dari Indonesia tersebut dan kasus paparan radiasi di Kawasan Industri Modern, Cikande, Serang, Banten, tentu membuat kita semakin waspada saat membeli berbagai produk.

Dalam upaya mengatasi bahaya kontaminasi radioaktif pada lingkungan dan makanan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah mengembangkan metode fitoremediasi untuk menangani paparan Cesium-137 (CS-137). Unsur radioaktif ini merupakan produk fisi nuklir yang mudah larut dalam air, dan jika masuk ke lingkungan, bisa masuk ke tubuh manusia melalui rantai makanan seperti sayuran dan hewan konsumsi.

Baca juga: Cengkeh dan Udang Di Batas Aman CS-137

Fitoremediasi merupakan sebuah metode pemulihan lingkungan yang menggunakan tanaman, mikroorganisme (organisme yang berukuran sangat kecil seperti bakteri dan virus), dan proses biologis dalam membersihkan, mendegradasi atau menstabilkan polutan (pencemar) di tanah, air, dan udara. CS-137 diketahui radiasinya sangat berbahaya dan dapat terakumulasi ke dalam tubuh.

Menurut Gustri Nurliati, seorang Peneliti Ahli Muda dari Pusat Riset Teknologi Bahan Nuklir dan Limbah Radioaktif (PRTBNLR) BRIN, salah satu metode remediasi (proses pembersihan) CS-137 di lingkungan yaitu dengan fitoremediasiMetode ini merupakan teknologi pengurangan, pembersihan, atau penghilangan polutan berbahaya seperti logam berat, pestisida, senyawa beracun, dan lain-lain dalam media lingkungan, tanah atau air, dengan menggunakan tanaman.

BRIN telah melakukan penelitian menggunakan berbagai jenis tanaman untuk menyerap CS-137 dari lingkungan. Dalam riset fitoremediasi, dilakukan dengan kontaminan cesium non-radioaktif, pada tanaman seperti sorgum, akar wangi, bayam duri, dan sengon. Sementara untuk kontaminasi cesium radioaktif, dilakukan uji coba dengan tanaman konsumsi seperti bayam, jagung, sawi hijau, kangkung, pare, tomat, cabai, terong, dan daun singkong.

Hasilnya, bayam tercatat sebagai tanaman dengan transfer faktor CS-137 tertinggi. Sedangkan tanaman pare merupakan tanaman yang tertinggi menerima transfer faktor Cobalt (logam transisi yang secara alami ditemukan dalam kerak bumi).

Fitoremediasi bekerja melalui empat prinsip dasar: ekstraksi, volatisasi, degradasi, dan imobilisasi. Saat proses Ekstraksi, tanaman menyerap zat kontaminan dari tanah, lalu menyebarkannya ke seluruh bagian tanaman seperti akar, tajuk batang, dan daun. Adapun Volatisasi melibatkan perubahan kontaminan menjadi bentuk yang kurang toksik dan dilepaskan ke atmosfer.

Sedangkan dalam degradasi, kontaminan organik diurai menjadi zat tak berbahaya seperti karbondioksida dan air. Imobilisasi berfungsi untuk mengikat kontaminan yang sulit didegradasi agar tidak menyebar lebih  oleh aliran air dalam media tercemar, caranya yaitu zat kontaminan tersebut diserap oleh akar dan tetap menempel pada akar tumbuhan.

Baca juga: Udang Terkontaminasi, Warga Cikande Kena Radiasi

Pemilihan tanaman untuk fitoremediasi tentu tidak bisa sembarangan. Perlu identifikasi kondisi lokasi seperti jenis tanah, pH, salinitas, serta ketahanan tanaman terhadap panas dan hama. Hal ini bertujuan agar remediasi berjalan optimal dan tidak menimbulkan efek samping baru terhadap lingkungan maupun manusia. Pemantauan secara berkala terhadap pertumbuhan tanaman juga menjadi bagian dari proses yang tidak bisa dilewatkan.

Pada akhirnya, setelah kejadian kontaminasi produk impor tersebut, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengungkapkan bila Indonesia sendiri telah menerapkan standar yang lebih ketat jika dibandingkan dengan Amerika Serikat yakni dengan batas toleransi CS-137 dalam makanan ialah 500 becquerel per kilogram (Bq/kg), sedangkan FDA yakni 1.200 Bq/kg. Sebab dari sebanyak 400 kontainer yang telah diuji CS-137, yang menunjukkan jejak kontaminasi dengan tingkat kontaminasi yang ditemukan ialah pada empat kontainer, dengan temuan sekitar 68 Bq/kg. Angka tersebut berada jauh di bawah batas aman yang ditetapkan oleh kedua negara.

 

Sumber rujukan:

https://www.brin.go.id/news/118042/atasi-pencemaran-radioaktif-sesium-137-brin-kembangkan-metode-fitoremediasi

https://www.brin.go.id/news/123688/teknologi-nuklir-percepat-riset-mikrobiologi-untuk-pertanian-hingga-energi

 

 

 

Related News