• 8 November 2025

Bangun Kepedulian Lewat Pertanian di Kampung Pemulung

uploads/news/2025/10/bangun-kepedulian-lewat-pertanian-91787d5f9ad4df6.jpg

Jagad Tani - Dari kawasan yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai pemulung, tumbuh sebuah gerakan penyemai harapan baru di Jakarta Timur. Melalui Swara Hijau Farm, yakni sebuah unit usaha di bawah Yayasan Swara Peduli Indonesia, yang berfokus pada pelestarian lingkungan dan pengembangan urban farming sebagai solusi ketahanan pangan kota.

“Swara Hijau Farm berdiri tahun 2020, dimasa pandemi COVID-19. Waktu itu warga tidak punya aktivitas karena PSBB. Dari situ kami berpikir, bagaimana mereka tetap bisa produktif dan punya sumber pangan sendiri,” ujar Endang Mintarja selaku ketua dari Swara Hijau Farm, saat ditemui Selasa (14/10).

Baca juga: Beternak Maggot Ala Warga Kampung Pemulung Klender

Langkah pertama dimulai dari pelatihan budidaya ikan dan tanaman dalam ember (Budigdamber). Dalam satu ember yang berukuran 100 liter, warga diajarkan menanam kangkung di atasnya, sementara di bawahnya hidup ikan lele sebanyak 40 ekor. Konsep sederhana ini tidak hanya mengajarkan warga bercocok tanam, tapi juga membangun kesadaran tentang pentingnya kemandirian pangan.

“Setelah pelatihan, kami bagikan sekitar 50 instalasi ke rumah warga untuk mereka rawat sendiri. Alhamdulillah berjalan lancar sampai pandemi berakhir,” ungkap Endang.

Tak berhenti di situ, di akhir tahun 2021, Swara Hijau Farm mendirikan green house seluas 50 meter sebagai tempat untuk membudidaya melon. Kini, mereka memiliki sekitar 150 pohon melon yang setiap kali panen bisa menghasilkan hingga 1,2 kuintal buah dengan ukuran yang beragam.

“Pernah kami panen melon rasanya mirip timun, anyep. Tapi itu bagian dari proses belajar, sekarang kualitasnya jauh lebih baik, dan masyarakat sudah mulai mendukung,” papar Endang ketika ditemui di ruang kerjanya. 

Selain melon, pengembangan sayuran hidroponik seperti siomak (selada wangi) juga dilakukan. Dari total empat instalasi dengan kapasitas 1.200 lubang tanam, satu instalasi yang memiliki sekitar 350 lubang sudah mampu menghasilkan sebanyak 18–20 kilogram sayur per panen, yang dijual langsung ke supplier dengan harga sekitar Rp18.000 per kilogram.

Endang menuturkan jika sebelumnya anggota kelompok tani di Swara Hijau Farm hanya beranggotakan sebanyak 10 orang, pada akhir tahun 2025, jumlah anggota akan bertambah menjadi 35 orang, seiring dengan bertambahnya fasilitas dan program pelatihan.

Rencana ke depan pun kian luas, mulai dari pengembangan budidaya maggot, sistem perikanan RAS dengan empat kolam ikan bulat, sayuran organik, serta peternakan unggas untuk ayam KUB dan ayam Elba yakni jenis ayam arab yang memiliki tingkat produktifitas untuk bertelur.

Bahkan terdapat 14 jenis tanaman yang ditanam, mulai dari tanaman obat keluarga (TOGA) seperti kunyit, jahe merah, dan jahe putih. Hingga berbagai jenis sayuran seperti siomak, terong, dan timun.

Baca juga: Pengawasan Diperketat, Cegah Masuknya Durian Ilegal Malaysia

Ke depan, Endang berharap, melalui Swara Hijau Farm ada lebih banyak dukungan lagi, mulai dari pemerintah daerah hingga masyarakat luas. Agar urban farming, bisa menjadi solusi nyata dalam menghadapi krisis pangan dan menjadi sebuah ketahanan pangan.

“Kami ingin masyarakat sadar bahwa menanam itu bukan pekerjaan sia-sia. Dari lahan kecil pun kita bisa mandiri, dan alhamdulillah hari jumat lalu kita bisa panen melon bersama bapak Wakil Walikota Jakarta Timur, itu total hasil panennya hampir sekitar satu kuintal,” pungkasnya.

 

Related News