Jagad Tani - Dulu, lahan di pesisir Sukawali, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, hanyalah hamparan kosong. Sebagian besar kawasan ini bahkan sempat berubah menjadi tambak udang pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Pohon-pohon banyak yang ditebang, hingga akhirnya terjadi abrasi laut yang semakin parah. Namun, kondisi itu perlahan-lahan membaik seiring dengan adanya penanaman yang dilakukan oleh tangan-tangan anak muda seperti M. Sahrul Hidayat atau yang akrab disapa Zabrun, seorang pegiat lingkungan dari kalangan Gen-Z yang kini menjadi Ketua Kampung Bahari Nusantara (KBN) di Sukawali.
“Dulu lahan ini kosong. Kata orang sini, dari zamannya pak Soeharto, ramai buat dijadikan tambak udang. Jadi pohon-pohon pun ditebang. Tapi sejak zaman Pak Jokowi, mulai ada rehabilitasi, dan kami ikut turun langsung. Kalau tidak ditanam mangrove, bisa-bisa habis sampai ke jalan. Jadi mau tidak mau, kita harus terus rawat kawasan ini dengan melakukan penanaman,” ungkap Zabrun saat ditemui oleh tim Jagad Tani di lokasi penanaman mangrove.
Baca juga: Harpa Mulut, Alat Musik Tradisional Sahabat Petani
KBN tempat Zabrun bernaung, sebenarnya dibentuk oleh TNI Angkatan Laut (AL) sebagai program pemberdayaan masyarakat pesisir. Di seluruh Indonesia terdapat 77 titik KBN, dan Sukawali menjadi salah satu di antaranya. Menurutnya, setelah awalnya dibina oleh Koarmada I, kini kelompok ini mulai mandiri sejak tahun 2023. Pemilihan lokasi ini pun dinilai karena tingkat abrasi di Pantai Sukawali termasuk salah satu yang terparah di pesisir utara Tangerang. Setiap tahun, daratannya bisa terkikis mulai dari 5 - 8 meter, dan untuk menahan laju abrasi, Zabrun bersama tim membuat APO (Alat Pemecah Ombak) dari bahan sederhana berupa karung yang diisi dengan bambu dan sampah plastik.
“Kami pakai bahan yang ada, mulai dari sampah bambu, kayu, dan plastik yang dimasukkan ke karung. Walaupun sederhana, APO ini bisa bikin sedimentasi dan membentuk daratan baru,” jelas pemuda usia 23 tahun ini.
Walaupun APO ini hanya mampu bertahan selama dua tahun, akan tetapi Zabrun menilai, manfaatnya cukup besar, sebab, sedimentasi alami yang terbentuk dari APO tersebut, dapat membantu memulihkan lahan untuk penanaman mangrove berikutnya. Kawasan mangrove yang dikelola oleh KBN Sukawali mencakup 111 hektare lahan hutan negara di bawah naungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Dari luas tersebut, sekitar 61 hektare sudah terabrasi, dan sisanya menjadi fokus rehabilitasi pada Blok A dan Blok B.
Tampak APO disusun secara bertumpuk dan ditahan oleh tiang-tiang bambu.
"Yang aktif baru beberapa anak muda, kalau dihitung baru sekitar tiga anak muda sekitar yang terlibat. Padahal target utama kita ya anak-anak muda biar geraknya lebih enak. Cuma berhubung anak mudanya disini masih belum banyak yang terlibat aktif. Jadi mau tidak mau kita harus libatkan yang tua-tuanya terlebih dahulu. Siapa tahu kan dari yang tua bisa menurunkan ke anaknya, dari anaknya menurunkan ke cucunya lalu ke cicitnya, dan segala macam,” tuturnya.
Meskipun bukan orang asli di kawasan tersebut, akan tetapi Zabrun berharap ada lebih banyak orang dan masyarakat setempat ikut serta dalam menjaga lingkungan, bukan hanya untuk mengambil hasil dari potensi yang ada di wilayah pesisir saja, akan tetapi juga demi keberlangsungan lingkungan hidup yang ada di kawasan pesisir utara Tangerang. Sebab, kegiatan penanaman dan pelestarian mangrove bukan hanya menjaga alam, tetapi juga menjaga masa depan generasi pesisir.

