• 5 December 2025

Resign Kerja dan Memilih Hidup Slow Living Sebagai Petani

uploads/news/2025/10/resign-kerja-dan-memilih-180541fb59767b3.jpeg

Jagad Tani - Dewi Apriyani awalnya merupakan seseorang yang dalam kesehariannya bekerja sebagai Staff IT, pada akhirnya ia memutuskan Resign dan terjun menjadi sorang petani dan peternak di pekarangan rumahnya dengan nama DW Farm hingga mulai menjalani hidup Slow Living.

"Konsep slow living itu bukan bagaimana kita harus punya tabungan berapa, tapi soal mindset tentang bagaimana kita itu bisa tetap menghasilkan uang, bisa tetap bekerja yang kita sendiri yang mengatur ritmenya, waktunya. Slow living itu bukan tentang nominal, tapi tentang bagaimana kita bisa tetap produktif," tutur Dewi.

 
Salah satu pemantiknya yaitu ketika di tahun 2016, ia berkomunikasi dengan atasan serta seniornya, dan berdiskusi tentang apa yang akan terjadi pada kehidupan di 10-20 tahun kedepan jika teknologi dan listrik punah. Pada akhirnya, hal tersebut menjadi salah satu motivasi hidup Dewi untuk terjun ke dunia pertanian dan peternakan.
 
"Di 10 tahun sebelumnya, saya fokus untuk mengumpulkan dana dan saya langsung beralih ke dunia peternakan juga pertanian. Kenapa? Karena ketahanan pangan ini berkaitan dengan keberlangsungan makhluk hidup, baik manusianya maupun tanaman dan juga hewan. Jadi artinya segala sesuatu yang hidup itu tidak akan punah," ungkap Dewi.
 
Menurutnya, selama menjalankan peternakan salah satu motivasinya yaitu untuk ketahanan pangan mandiri, sehingga bisa meminimalisir belanja harian, mingguan, hingga bulanan. Langkah yang dilakukan oleh Dewi melalui DW Farm mulai dari membentuk peternakan demi memenuhi kebutuhan protein hewani.
 
"Karena kan bagaimanapun juga dari budget (kebutuhan) dapur, protein hewani ini lebih banyak memakan biaya. Awalnya untuk ketahanan pangan mandiri keluarga saya pribadi ya. Nah, seiring berjalannya waktu, ternyata lebihnya itu bisa dijual. Baik dari telur, anak ayam maupun daging ayamnya, tapi dalam bentuk hidup bukan karkas," sambungnya.
 
Bahkan kandang peternakan yang berlokasi di Cibinong ini awalnya dimulai dari dua ekor ayam jantan, serta tujuh ekor ayam betina. Namun, seiring berjalannya waktu, saat ini populasi yang ada di DW Farm sudah ada sekitar 188 ekor ayam dan terdiri dari berbagai jenis ayam.
 
"Untuk jenis ayamnya saat ini ada ras ayam pedaging, dan juga ras ayam petelur. Kalau untuk ras ayam petelur itu menggunakan Ayam ISA Brown, Ayam Elba serta Ayam Arab. Adapun untuk ras ayam pedagingnya, di sini ada Ayam KUB 1 dan juga Ayam KUB 2. Dan totalnya sekarang sudah terjual sekitar 300-400 ekor," terangnya.
 
Kini, di tengah meningkatnya permintaan pelanggan, beragam sumber protein hewani di DW Farm pun kian beragam, mulai dari telur ayam kampung, telur ayam ras, hingga protein hewani dari ikan nila. Menurutnya, semua itu dimulai dari hal kecil dan harus dilakukan dengan cara yang konsisten sembari berikhtiar.
 
"Untuk saat ini DW Farm sudah menjual semua segmentasi baik dari telur konsumsi, berupa telur ayam kampung atau telur ayam ras. Karena DW Farm tidak menjual anak ayam atau Daily Of Chicken (DOC). Jadi yang dijual adalah yang berumur 1 bulan ke atas. Kemudian ada juga penjualan ayam usia remaja atau pullet," paparnya.
 
 
Selanjutnya, juga ada penjualan indukan di usia siapan yakni usia 4,5 bulan 5 bulan.  Kalau untuk telur ayam kampung, Rp 10.000/ 3 butir, sedangkan untuk telur fertil dijual dengan harga Rp 5.000/butir. Kalau untuk ayam pulet, DW Farm biasanya menjualnya dengan harga Rp 100.000/ekor.
 
"Untuk teman-teman yang mau memulai slow living dengan berternak dan juga berkebun, cobalah dari hal yang paling sederhana. Kalau misalnya ibu-ibu mungkin bisa dimulai dengan menanam sayuran seperti kangkung, bayam, cabe, dan tomat. Kalaupun ada yang lebih suka betenak, pilihlah ayam kampung ori yang mana bisa dibudidaya tanpa harus keluar modal untuk membeli mesin penetas," pungkasnya.

Related News