Sektor Perikanan Budidaya Nasional Mulai Berprogres
Jagad Tani - Demi memperkuat sektor perikanan budidaya nasional, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mulai membangun berbagai program strategis nasional, seperti pengembangan modeling budi daya ikan nila salin (BINS) di Kabupaten Karawang, Jawa Barat seluas 230 hektare. Selain itu, juga dilakukan pembangunan tambak udang terintegrasi atau Integrated Shrimp Farming (ISF) seluas 2 ribu hektare di Desa Palakahembi dan Kelurahan Watumbaka, Kecamatan Pandawai, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur.
Tb Haeru Rahayu selaku Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya menyampaikan bahwa pembangunan BINS Karawang saat ini terus menunjukkan progres yang signifikan. Kawasan Tambak BINS Karawang dibangun dengan dukungan infrastruktur lengkap seperti intake air laut dan tawar, kolam tandon, IPAL dan kolam pembesaran, serta fasilitas penunjang lainnya.
Baca juga: Sosis Ayam Tepung Sorgum Baik Untuk Kesehatan
Pembangunan BINS Karawang ditargetkan akan menghasilkan produktivitas sebesar 84 ton per hektare per tahun, dengan volume produksi mencapai 11.150 ton per tahun serta membuka 500 lapangan kerja baru bagi tenaga kerja. Berdasarkan Satu Data KKP, produksi ikan nila nasional menunjukkan tren peningkatan dalam tiga tahun terakhir.
“Produksi ikan nila nasional naik dari 1,35 juta ton pada tahun 2022 menjadi 1,5 juta ton pada tahun 2024 (angka sangat sementera). Capaian ini membuktikan bahwa modeling BINS Kawarang berkontribusi signifikan terhadap peningkatan produksi ikan nila nasional sekaligus memperluas pemberdayaan tenaga kerja lokal,” ungkap Tebe.
Aadpun untuk pengembangan kawasan tambak ISF di Sumba Timur, merupakan bentuk pemerataan pembangunan di luar Pulau Jawa, agar bisa mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan Indonesia Timur, serta memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu produsen utama udang dunia.
“Nilai pasar udang dunia pada tahun 2024 mencapai USD 64,9 miliar dan diproyeksikan meningkat menjadi USD 140,4 miliar pada tahun 2034. Udang merupakan komoditas ekspor unggulan Indonesia dengan pasar utama Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, dan Tiongkok,” jelas Tebe.
Kawasan tambak ISF di Sumba Timur tersebut nantinya diharapkan mampu meningkatkan produktivitas hingga 168,3 ton per hektare per tahun, menghasilkan produksi sebesar 75.364 ton dengan nilai ekonomi Rp5,27 triliun, meningatkan devisa dan PNBP serta menciptakan lebih dari 5.000 lapangan kerja baru, termasuk 2.700 tenaga kerja on-farm.
“Seperti halnya kontribusi modeling budi daya udang di Kabupaten Kebumen atau Budidaya Udang Berbasis Kawasan (BUBK) Kebumen yang terbukti mendorong peningkatan produksi udang nasional. Produksi udang nasional meningkat dari 918 ribu ton pada tahun 2022 menjadi 952 ribu ton pada tahun 2024 (angka sangat sementara). Dengan capaian tersebut, kami optimistis kawasan tambak ISF di Sumba Timur akan menjadi game changer bagi pengembangan perikanan budidaya di kawasan timur Indonesia,” tegas Tebe.
Tahapan progres program pembangunan tambak ISF di Sumba Timur, pada akhirnya dilakukan survei kelayakan teknis oleh pakar budi daya udang, penyusunan desain teknis kawasan, koordinasi intensif dengan pemerintah daerah, penyusunan dokumen izin lingkungan (AMDAL, KKPRL, dan KKPR), serta sinkronisasi lintas kementerian dan lembaga guna memperkuat dukungan hulu–hilir.

