• 5 December 2025

Hasan Basri, Petani Inovatif yang Bangkitkan Semangat Bertani

uploads/news/2025/11/-hasan-basri-petani-inovatif-93299f496ce7947.jpg

Jagad Tani - Di tengah menurunnya minat generasi muda terhadap dunia pertanian, Hasan Basri justru memilih untuk tidak tinggal diam. Ia dengan tekad kuatnya bahkan membangun model pertanian modern berbasis hidroponik dan konvensional terpadu secara bersamaan untuk menarik minat masyarakat khususnya kaum muda  agar kembali mencintai pertanian.

“Sekarang ini petani kebanyakan usianya 50 tahun ke atas. Generasi muda makin sedikit yang mau bertani. Dari situ saya terpikir, bagaimana kalau saya menciptakan pertanian modern yang bersih, tidak perlu cangkul, tapi tetap menghasilkan,” ujar Hasan Basri, saat ditemui di Hasanah Tani Selasa (04/11).

Baca juga: Bangun Kepedulian Lewat Pertanian di Kampung Pemulung

Sebelum menekuni hidroponik, Hasan Basri yang kini menjadi Ketua Kelompok Tani Hasanah Tani Sejahtera, dahulunya menggarap lahan pertanian cabai, ubi, dan kacang panjang secara konvensional. Namun, ia menyadari jika yang diterapkan hanya model pertanian konvesional saja, justru kurang menarik minat generasi muda karena dianggap kotor dan melelahkan.

“Banyak yang enggan bertani karena takut kotor. Maka saya kembangkan pertanian hidroponik cara bertani yang bersih, efisien, tapi tetap produktif,” jelasnya.

Melalui sistem hidroponik, ia membudidayakan berbagai jenis sayuran seperti selada, pakcoy, kangkung, hingga sawi. Sayuran-sayuran ini terbukti lebih renyah, tahan lama, dan bebas pestisida kimia.

“Sayur hidroponik ini sehat, aman dikonsumsi jangka panjang, dan makin digemari masyarakat,” tambahnya.

Lebih dari sekadar bisnis, Hasan Basri menjadikan pertaniannya sebagai pusat edukasi bagi pelajar, mahasiswa, dan warga sekitar. Kelompok Tani Hasanah Tani Sejahtera membuka diri bagi siapa saja yang ingin belajar bertani, baik secara modern maupun konvensional.

“Kami ingin mengangkat Sumber Daya Manusia (SDM) di wilayah ini. Supaya masyarakat sekitar bisa belajar mandiri, dan melihat bahwa bertani itu bukan pekerjaan kuno tapi profesi yang bisa membanggakan,” ungkapnya.

Kini, kelompok tani yang dipimpin olehnya telah memiliki 11 orang anggota, dan berkolaborasi dengan Kampung SS Sekolah Rakyat (Sera) Agribisnis, hingga totalnya beranggotakan sekitar 20 orang. Setidaknya ada sekitar 5.000 lubang tanam hidroponik, dengan kapasitas panen mencapai lima kuintal sayuran dalam sekali panen.

Pembibitan Cabai Hidroponik (Foto: Jagad Tani/Rahmat Iskandar Rizki).

Sayuran hasil panen mereka telah dipasok ke berbagai UMKM, pedagang pecel lele, dan usaha katering di sekitar Depok, dan menunjukkan bahwa pertanian perkotaan pun bisa memberi nilai ekonomi yang signifikan. Selain sayuran, Hasan juga mengembangkan perikanan di lahannya. Beberapa jenis ikan yang dibudidayakan antara lain nila, gurame, dan lele.

“Kami sedang menyiapkan maggot sebagai pakan alternatif untuk lele, agar bisa menekan biaya produksi,” ujarnya.

Konsep yang diterapkan Hasan adalah pertanian terpadu (integrated farming) di mana limbah dari satu sektor menjadi sumber daya bagi sektor lain. Sisa tanaman digunakan untuk pakan ternak, sementara air kolam ikan digunakan untuk menyiram tanaman.

Pandemi COVID-19 sempat menjadi ujian berat. Saat distribusi sayuran terganggu, Hasan justru menemukan peluang lain yakni melalui tanaman hias, dengan menanam berbagai jenis seperti aglonema, monstera, dan philodendron.

“Saat COVID, tanaman hias justru naik daun. Penjualan bisa menutup kebutuhan ketika sayur sulit dikirim,” ujarnya sambil tersenyum.

Meski kini harga tanaman hias sudah menurun drastis, pengalaman itu menjadi pelajaran penting tentang ketahanan dan inovasi dalam bertani. Tidak berhenti di situ, ia juga tengah menyiapkan pengembangan wisata edukasi pertanian yang menggabungkan belajar dan rekreasi. Ia bahkan berencana menanam anggur di area pertaniannya. 

“Saya ingin orang datang ke sini bukan hanya beli sayur, tapi juga belajar dan berwisata. Nanti akan ada lorong anggur, kolam ikan, dan kebun cabai yang bisa jadi tempat edukasi untuk anak-anak dan keluarga,” tutur Hasan.

Baca juga: Harpa Mulut, Alat Musik Tradisional Sahabat Petani

Hasan Basri tengah memetik selada air di instalasi tanaman hidroponik miliknya (Foto: Jagad Tani/Rahmat Iskandar Rizki).

Di balik semua pencapaiannya, Hasan Basri memiliki satu harapan besar agar generasi muda kembali melirik dunia pertanian. Dengan visi dan ketekunan itu, harapannya tentu tidak hanya menumbuhkan tanaman dan bidang peternakan, tetapi juga menumbuhkan semangat baru bagi pertanian perkotaan di Depok.

“Pertanian bukan pekerjaan kuno. Ini masa depan. Kalau anak muda mau belajar, mereka bisa bertani tanpa harus kotor-kotoran. Bisa kreatif, bisa modern, dan tetap menghasilkan. Saya hanya ingin membuktikan bahwa bertani bisa jadi kebanggaan, asal dilakukan dengan hati dan inovasi,” tutupnya.

Related News