• 5 December 2025

Sulap Lahan Bekas TPS Jadi Urban Farming

uploads/news/2025/11/sulap-lahan-bekas-tps-4329934f472990c.jpg

Jagad Tani - Beberapa lahan di Jalan SMP 126, Kelurahan Batu Ampar, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur, yang dahulu dikenal sebagai lokasi pembuangan sampah sementara dan deretan kolam pemancingan ilegal, kini menjelma menjadi kawasan urban farming bernama Saung Aset.

Sebelumnya area lahan yang sempat terbengkalai dan dipenuhi semak itu resmi ditata ulang sejak akhir tahun 2023 oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Timur dan mengambil alih kembali aset tersebut. Sayangnya  lahan berubah lagi menjadi semak belukar dan menimbulkan aduan warga akibat kembalinya dipakai untuk membuang sampah.

Baca juga: Enam Tahun Bergerak Edukasi Penyu Cilacap

"Setelah aset kembali diambil alih oleh Pemda, akhirnya terbengkalai dan jadi hutan lagi. Ada lagi pembuangan sampah, kita kena aduan karena kan pendek temboknya, jadi gampang lewat (sampahnya saat dilempar)," ujar Isra Nur Hakim selaku Kepala Seksi (Kasie) Perekonomian dan Pembangunan Kelurahan Batu Ampar.

Sampai pada akhirnya tercetuslah inisiasi untuk melakukan kolaborasi lintas instansi, termasuk Dinas Pertamanan, Sumber Daya Air, Lingkungan Hidup, Bina Marga, serta para petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) untuk menata ulang kawasan tersebut. Seluruh proses dilakukan dari nol karena kondisi lahan yang sebelumnya dipenuhi sampah dan puing.

Penataan ruang dilakukan secara bertahap, termasuk pembangunan saung yang menjadi pusat kegiatan warga saat panen maupun edukasi pertanian dan karena kawasan ini merupakan aset milik Pemda DKI Jakarta yang kini dikelola secara produktif melalui pendekatan pertanian perkotaan atau Urban Farming, sehingga nama Saung Aset dipilih sebagai nama lokasinya.

“Di sini tuh karena memang sebelumnya bekas tempat pembuangan sampah. Jadi kalau ada tanah buat media tanam saja itu sudah kami anggap emas, karena kondisi tanah disini sudah dipenuhi plastik-plastik sampah, dan sisa-sisa genteng,” ungkap Yudi Susilo, selaku ketua kelompok tani saung aset yang juga bagian dari anggota PPSU Batu Ampar saat ditemui Selasa pagi (25/11).

Adapun lahan yang berukuran 6 x 8 meter yang semula merupakan kolam pemancingan dibiarkan tetap tergenang dan dimanfaatkan sebagai sumber air untuk penyiraman tanaman sekaligus lokasi pembudidayaan ikan air tawar dan berkolaborasi dengan Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) yang menyediakan bibit ikan nila dan mujair, sehingga kolam berfungsi ganda sebagai sumber irigasi sekaligus budi daya perikanan kecil.

Berbagai jenis tanaman berupa sayuran dan buah juga ditanam, mulai dari timun, terong, tomat, cabai, pakcoy, kangkung, kacang panjang, jagung, hingga singkong dan labu. Bahkan, uji coba penanaman padi ladang juga berhasil tumbuh. Bahkan sebagian besar hasil panen didistribusikan kepada warga sekitar, terutama keluarga yang masuk kategori rentan gizi atau stunting.

“Kita timbang satu kilo, isi macam-macam sayuran, lalu dibagikan ke warga sekitar yang membutuhkan,” sambung Yudi.

Sehingga kehadiran Saung Aset dapat memberi manfaat secara sosial, tidak hanya melalui berbagai jenis tanaman tapi juga melalui pembuatan taman bermain anak yang terbuat dari limbah-limbah bekas sampah, membangun ruang baca anak serta pembentukan bank sampah. Dari lahan yang sebelumnya menjadi sumber masalah kebersihan kini berubah menjadi ruang hijau produktif, sekaligus menjadi taman bermain anak sekaligus ruang edukasi untuk warga. 

Pada pertengahan Agustus 2024, Bank Indonesia memberikan dukungan melalui program ketahanan pangan nasional. Di kawasan ini dibangun greenhouse dengan sistem pertanian berbasis Internet of Things (IoT) yang dikembangkan oleh Habibi Garden. Alat tersebut memungkinkan kontrol otomatis untuk penyiraman, pengkabutan, pengaturan blower, hingga pemantauan suhu dan kelembapan melalui gawai.

"Kalau kami biasa dasarnya manual, ya, dengan adanya aplikasi begini (awalnya) rada kaget juga, yang biasanya kita pakai cara konvensional, tahu-tahu kita main aplikasi, gitu kan. Tapi ini jadi memudahkan, karena kita bisa mengontrol dan memantau kondisi tanaman, meskipun dari rumah," sambung Yudi.

Raudhatul Fatricia yang menjadi perwakilan dari Habibi Garden di Green House Saung Aset, menjelaskan bahwa sistem IoT yang ada di aplikasi Habibi Garden dapat membantu menjaga stabilitas suhu tanaman, terutama tanaman cabai yang menjadi komoditas yang menggunakan alat ini. Pemakaian datanya pun relatif ringan, hanya sekitar 1-2 GB per bulan.

Baca juga: Mengenali Sistem Kuang dalam Pertanian di Toraja

"Karena kita smart farming, jadi, dia terkoneksi sama Wi-Fi. Tapi, itu tidak memakan banyak kuota. Jadi, petani cukup satu giga sampai dua giga per bulan, yang paling banyak itu sebenarnya di kamera CCTV. Buat memantau keamanan, sama monitoring tanaman kalau misalkan tidak ke green house," tukas Raudhatul Fatricia atau akrab disapa Icha ini. 

Melalui pemanfaatan lahan terbengkalai dari bekas lokasi pembuangan sampah, sampai akhirnya menjadi ruang pertanian modern dan konvensional, kolam perikanan, taman bermain, ruang baca hingga Bank Sampah, Saung Aset bisa menjadi contoh bagaimana pengelolaan aset secara kolaboratif dapat diproyeksikan sebagai bentuk ketahanan pangan dan pemberdayaan ruang publik di wilayah perkotaan.

Related News