Untung Rugi Petani Ikan Hias Parung
"Nah kalau sekarang saya memang ada penurunan cuma ya jalanin aja kalau kita berhenti ya bisa bangkrut.."
Ikan hias merupakan jenis ikan yang hidup di air tawar dan air laut yang dipelihara bukan untuk konsumsi melainkan untuk memperindah ruangan. Dan hal ini juga merupakan sebuah keuntungan karena produksi ikan hias ini menjadi sumber utama perekonomian kecamatan Parung tepatnya Desa Bojong Sempu. Di desa ini mata pencaharian warganya mayoritas adalah petani. Namun yang paling khas dari desa Bojong Sempu adalah salah satu daerah penghasil ikan hias terbesar.
Seperti Abdullah, salah satu petani ikan hias yangmempunyai peternakan bernama Murti Jaya Abadi ini membagikan kisahnya soal bagaimana untung rugi di dunia bisnis ikan air hias. “Ini awalnya saya kan nggak sendiri jadi ini usaha keluarga, ada paman saya dan kakak-kakak saya juga, awalnya memang semuanya hobi ikan hias waktu 2006 saya awalnya pelihara ikan hias di kolam biasa di rumah eh jadi sebesar sekarang,” tuturnya.
Baca juga: Ini Cara Mencegah Cupang Mati
Berawal dari satu kolam, pria yang akrab di sapa Bang Dullah mengatakan ikan hias yang pertama kali ia pelihara adalah jenis tiger barb. “Iya awalnya saya inget banget pelihara jenis tiger barb terus saya breeding eh jadi banyak kemudian saya dan abang-abang saya memutuskan untuk beli keramba dan sampai sekarang Alhamdulillah sudah punya empang sendiri,” ujar Dullah.
Tak bisa dipungkiri, pada awal pandemi COVID-19 Abdullah mengaku penjualan sangat amat meningkat, mengingat pada waktu itu banyak orang yang ingin mencari kesibukan di rumah salah satunya dengan memelihara ikan hias. “Ya saya nggak bisa bohong juga waktu awal-awal pandemi memang meningkat drastis pengirimiman sehari bisa berkali-kali sampai ke luar kota juga walaupun memang utamanya saya adalah pemasok untuk kebutuhan di pasar parung,” tambahnya.
Baca juga: Waspada Penyakit Dropsy pada Mas Koki
Memelihara ikan adalah hobi yang mengasyikkan dan mudah dilakukan. Tak hanya itu, jika ditekuni hobi tersebut juga bisa membawa keuntungan bagi sang pemilik ikan dan masyarakat. Namun, usaha pasti tidak selalu berjalan mulus begitu saja ada kalanya Abdullah dan keluarganya mengalami penurunan dalam penjualan. “Nah kalau sekarang saya memang ada penurunan cuma ya jalanin aja kalau kita berhenti ya bisa bangkrut, kalau buat omzet kan di ikan hias ini nggak pasti ya kalau kotor perbulan ya bisa Rp 20-30 jutaan,” ungkap Dullah.
Untuk memenuhi kebutuhan pasar, Abdullah harus pintar-pintar mengatur keluar masuknya ikan, belum lagi soal panen dan sortir yang ia dan pegawai-pegawainya kerjakan setiap tiga kali dalam seminggu. “Kita kebanyakan memang jualnya offline lewat pasar parung dan sekitaran area Jabodetabek kalau untuk luar daerah ya ada juga, kemungkinan ya kalau yang namanya pasar parung sistem jualannya partai harga murah dan kuantiti banyak jadi kalau buat toko atau reseller untuk dijual lagi ya masih masuk harganya, jenis ikannya juga banyak ada tiger barb, kapiat albino, pink tail, red pin albino, red pin item, belida bangkok, louhan, sapu-sapu albino, oscar, dan masih banyak lagi," tutupnya.
Baca juga: Ini Fakta Menarik Red Parrot