Tembakau jadi Andalan Petani Jateng
“Karena Jawa Tengah lahan pertanian tembakaunya cukup luas dan pabrik rokok membutuhkan suplai tembakau dari daerah Jawa Tengah. Jadi begitu panen bagus, pasti multiplayer effect nya besar. Maksudnya, semua yang terlibat bisa mendapat manfaat dari bisnis tembakau”
Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan penghasil tembakau kedua terbesar setelah Jawa Timur dengan areal rata-rata seluas 55.000 ha dan produksi rata-rata sebesar 40.040 ton per tahun. Sebagian besar dari produksi tembakau di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah tembakau rajangan voor oogst yaitu panen saat musim kemarau.
Kebutuhan tembakau kian meningkat. Awalnya tembakau Jawa Tengahhanya di produksi di daerah Tegal, kemudian produksi tembakau meluas ke daerah Sleman. Dikembangkan galur yang sesuai dengan daerah Sleman yaitu jenis Blingon.
Saat ini varietas Bligon 1 tidak hanya ditanam di Kabupaten Sleman, tetapi berkembang sampai ke Kabupaten Magelang, Muntilan, dan Prambanan, dengan luas areal penanaman mencapai 3.000 hektar.
“Beberapa jenis varietas untuk daerah Muntilan, Muntilan kan termasuk dataran rendah, jadi kategorinya lahan sawah, itu pakai bibitnya namanya grompol kenongo dan bligon. Itu jenis yang cocok untuk daerah sawah,” ucap Mardi, pengepul tembakau dari daerah Muntilan kepada Jagad Tani.
Baca juga: Panen Melimpah Ditengah La Nina
Bapak tiga anak itu juga menjelaskan, sedangkan jenis tembakau untuk daerah pegunungan sendiri memiliki jenis yang berbeda. “Untuk yang daerah dataran tinggi atau biasanya daerah pegunungan seperti Merapi, Merbabu, itu benihnya lain lagi. Nah untuk dataran tinggi kita harus sesuaikan namanya gombleng nongko,” jelas Mardi.
Lebih lanjut, pria berusia 58 tahun itu mengatakan, tembakau menjadi salah satu komoditas yang penting di Jawa Tengah. “Karena Jawa Tengah lahan pertanian tembakaunya cukup luas dan pabrik rokok membutuhkan suplai tembakau dari daerah Jawa Tengah. Jadi begitu panen bagus, pasti multiplayer effect nya besar. Maksudnya, semua yang terlibat bisa mendapat manfaat dari bisnis tembakau,” ungkapnya.
Baca juga: Srinthil, Sang Primadona Tembakau
Kata Mardi, dari satu hektar lahan yang ditanami tembakau bisa diisi sampai dengan 10.000 pohon. Kata Mardi, petani di daerah Muntilan mulai menyuplai ke gudang garam sejak 1987. “Penjualan tembakau kalau kami sudah pasti ke gudang garam, tapi kita ada juga jual ke pabrik-pabrik rokok yang kelasnya lebih dibawah gudang garam. Misalnya toko cakra, rokok aspro, ada beberapa macam gitu,” tutupnya.
Baca juga: Manfaat Lain dari Tembakau