• 19 April 2024

Pupuk Organik Hasil Sulap Petani Milenial

KLATEN - Bagi banyak orang, limbah merupakan sesuatu yang tak menyenangkan, bahkan ada yang merasa jijik. Namun jika dicermati, limbah ternyata bisa dijadikan barang yang bermanfaat dan bernilai ekonomis.

Seperti yang dilakukan para pemuda di Griya Kompos Aji Berkah Tani, Dusun Tlogowono, Desa Bono, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Mereka menyulap limbah menjadi pupuk organik.

Baca juga: Senyum petani jagung di awal tahun

Koordinator Griya Kompos Aji Berkah Tani, Afip Amrizal Basri, mengatakan, ide awal memproduksi pupuk organik bermula dari keresahan atas maraknya limbah di lingkungannya yang tak terurus.

Kemudian ia bersama pemuda yang lain berinisiatif mengolah limbah tersebut menjadi pupuk organik.

Kemampuan dalam memproduksi pupuk organik tersebut diperoleh setelah mengikuti pelatihan dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).

"Berawal dari keresahan kami, di lingkungan ini banyak sekali limbah, terutama limbah rumah tangga, limbah peternakan, dan pertanian. Dari keresahan itu kami bercerita sharing dan singkat cerita ada program dari BATAN untuk pelatihan pupuk," ujarnya saat ditemui Sabtu (8/1/2022).

Baca juga: Raih keuntungan dengan Mina Padi

Aji menjelaskan, awal produksi di bulan Januari 2021 sebanyak 800 kilogram per bulan dan meningkat pada Januari 2022 mencapai 6 ton per bulan.

Pupuk organik buatan petani milenial ini kini mampu mensuplai kebutuhan pupuk di Kabupaten Klaten.

"Bahan-bahan untuk membuat pupuk organik diantaranya kotoran hewan, limbah media jamur, dedak dolomit, sekam bakar, dan sebagainya," ujarnya.

Pembina Komunitas Petani Muda Klaten, Yusuf Murdani, mengapresiasi semangat kaum milenial di Desa Bono yang fokus terjun di sektor pertanian. Sebab, kebanyakan anak muda saat ini cenderung memilih menjadi buruh.

Baca juga: Masa depan pertanian di tangan pemuda Indonesia

"Kekhawatiran kita terkait regenerasi petani, dari data Bappenas menunjukkan kalau 2063 sudah tidak ada lagi profesi petani. Saat ini yang namanya petani dari kalangan anak muda itu sudah sangat jarang sekali, karena rata-rata pinginnya malah jadi buruh," ujarnya

Related News