• 22 May 2025

Jelang Idul Adha, NFA Berupaya Atasi Fluktuasi Harga

uploads/news/2025/05/jelang-idul-adha-nfa-812703becd855d5.jpg

Jagadtani - Menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Iduladha di awal Juni mendatang, Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) ingin memitigasi deklinasi harga cabai dan bawang merah sebagai produk hortikultura dan termasuk pangan pokok strategis, sering mengalami fluktuasi harga, baik di tingkat petani maupun konsumen.

Menurut NFA, penyebabnya antara lain berlimpahnya pasokan hasil produksi dalam negeri yang tidak bisa terserap seluruhnya oleh pasar domestik, hingga belum meratanya daerah sentra produksi. Dalam menjaga kestabilan harga, NFA berupaya melakukan implementasi strategi intervensi oleh NFA berkolaborasi dengan segenap stakeholder pangan merupakan aksi strategis penstabilan yang jadi andalan.

"Rakor (Rapat Koordinasi) hari ini sebagai tindak lanjut rapat inflasi Kementerian Dalam Negeri kemarin. Pemerintah perlu mengantisipasi kondisi harga cabai dan bawang merah, terutama bawang merah karena tren harganya naik," jelas Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) NFA Maino Dwi Hartono saat membuka 'Rakor SPHP Cabai dan Bawang Merah' yang turut disiarkan via kanal Youtube Badan Pangan Nasional, pada Selasa (6/5).

Dalam pantauan perkembangan harga yang disusun NFA, rerata harga Cabai Merah Keriting (CMK) di tingkat produsen sempat meninggi di awal 2025 dengan Rp 40.936 per kilogram (kg). Lalu melandai di awal Mei dengan Rp 31.811 per kg. Namun rerata harga CMK di tingkat konsumen sempat berada di titik kulminasi dalam kurun setahun terakhir. Selama April 2025, rerata harganya Rp 58.174 per kg.

Sementara rerata harga Cabai Rawit Merah (CRM) di tingkat produsen, NFA mencatat sejak awal 2025 masih melebihi Harga Acuan Pembelian (HAP) di tingkat petani. Rerata harga tingkat petani di Maret 2025 menjadi yang tertinggi dalam setahun terakhir, yakni di Rp 65.077 per kg. Begitu pula, rerata harga di tingkat konsumen pada Maret 2025 yang tercatat hingga Rp 85.141 per kg. Walakin, hingga awal Mei ini rerata harga CRM mulai menurun hingga kisaran 30 sampai 40 persen.

"Dalam upaya menjaga stabilitas harga pangan, memang sentra-sentra panen sepertinya masih terbatas. Tadi bawang merah disebut hanya di 8 provinsi, sementara ada 400 kabupaten/kota yang defisit, sehingga ini jadi tantangan tersendiri dalam pendistribusian pasokan," kata Direktur Maino.

"Cabai mungkin lebih banyak sentra produksinya, tapi dinamika cabai lebih besar dibandingkan bawang merah. Untuk itu, penting juga kita perkuat hilirisasi cabai, misalnya dijadikan cabai kering. Impor cabai kering kita katanya cukup banyak. Jadi langkah hilirisasi cabai lokal penting juga kita mulai, terutama saat panen berlimpah," ungkap Maino.

Untuk perkembangan rerata harga bawang merah di tingkat produsen terpantau mulai melewati HAP di awal 2025, setelah sejak pertengahan 2024 berada di bawah HAP. Di awal Mei ini tercatat di Rp 24.802 per kg setelah di Februari sempat terjerembap di Rp 20.245 per kg. Idem pula pada rerata harga di konsumen yang telah berkisar ada di Harga Acuan Penjualan (HAP) tingkat konsumen pada Mei ini.

"Khusus bawang merah, Mei dan Juni ini adalah puncak pertanaman, sehingga perlu diantisipasi nanti 2 bulan ke depan. Artinya di Juli dan Agustus nanti, masuk puncak panen raya. Justru yang kita khawatirkan adalah harga bisa mulai menurun lagi," sebut Maino.

"Oleh karena itu, kita harus melakukan berbagai program intervensi. Mulai dari subsidi harga, subsidi transportasi, pasar murah, sehingga sangat perlu kerja sama semua pihak. Badan Pangan Nasional akan terus mengerjakan program Gerakan Pangan Murah (GPM) bersama pemerintah daerah. Jadi tidak perlu khawatir, kita siap dengan stok yang sangat cukup menghadapi HBKN Iduladha," sambungnya.

GPM secara konsisten dilaksanakan NFA bersama pemerintah daerah dan segenap stakeholder pangan. Di Mei ini telah direncanakan sejumlah 122 kali di 28 kabupaten/kota. Jumlah itu masih dapat terus bertambah. Dengan itu, total GPM Januari-Mei tahun ini dapat menyentuh 2.945 kali.

Ditemui terpisah, Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mencetuskan perlunya upaya dalam perpanjangan masa simpan produk hortikultura, seperti cabai dan bawang merah, dengan penerapan teknologi. Menurutnya, upaya itu selaras dengan gagasan besar Presiden Prabowo Subianto yang ingin menggelorakan Koperasi Desa Merah Putih (KPDM) di 8.000 lokasi se-Indonesia.

"Upaya perpanjangan shelf life seperti cabai dan bawang merah, nantinya bisa kita kerjakan secara masif melalui program KPDM. Di KPDM itu nantinya akan disediakan fasilitas penyimpanan cold chain. Ini bagus sekali supaya hasil petani hortikultura kita dapat lebih tahan lama pada saat sedang panen raya, tanpa mengurangi kualitas," urai Arief.

Related News